Friday, September 18, 2015

Tarbiyah Ulul Albab

PENDIDIKAN ISLAM BERORIENTASI MASA DEPAN (Konsep Pendidikan Ulul Albab Imam Suprayogo)

PENDIDIKAN ISLAM
BERORIENTASI MASA DEPAN
(Konsep Pendidikan Ulul Albab Imam Suprayogo)
By Zamrony
A. Pendahuluan
Pendidikan adalah sebuah keniscayaan yang harus dienyam oleh segenap umat manusia yang hidup di alam ini sejak lahir hingga liang lahat. Pendidikan dengan segala problematikanya selalu berubah seiring perubahan zaman dan tantangan hidup yang dihadapi umat manusia. Maka sebuah kewajaran jika pendidikan akan selalu berubah dan berkembang dari masa ke masa.
Tidak ketinggalan pula pendidikan di Indonesia yang hadir beserta problematika dan tantangannya telah melahirkan berbagai konsep pendidikan yang berbeda antara satu tempat dengan dengan tempat yang lain, antara satu generasi dengan generasi berikutnya. Maka sebuah kemustahilan jika sebuah konsep pendidikan akan berhasil secara maksimal jika diterapkan untuk seluruh daerah di Indonesia.
Begitu juga konsep tentang pendidikan Islam akan selalu berkembang seiring perjalanan waktu dan berkembangnya kebutuhan umat. Maka sebuah lembaga pendidikan Islam akan dapat diterima dan berkembang dengan baik serta mampu memberikan andil dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara jika lembaga tersebut mampu menyediakan kebutuhan umat dan menghadirkan sebuah masa depan pendidikan Islam yang menjanjikan.
Untuk memenuhi kebutuhan umat akan pendidikan Islam maka perlu ada dinamisasi dan reorientasi lembaga pendidikan Islam secara terus menerus. Begitu pula yang harus dilakukan oleh civitas akademika dan seluruh pihak yang terkait dengan pendidikan Islam jika menginginkan peran lembaga pendidikan Islam yang lebih besar dalam merubah peradaban umat. Serta pendidikan berfungsi sebagai barometer kemajuan sebuah bangsa, termasuk di dalamnya pendidikan Islam.
B. Pendidikan Islam di UIN
Universitas Islam Negeri (UIN) sebagai lembaga pendidikan Islam hingga saat ini juga terus mengalami perubahan dan perkembangan seiring tuntutan zaman. Jika pada awal berdiri keberadaan UIN (red. IAIN/STAIN) hanya sebagai sarana pemerintah dalam merespon aspirasi masyarakat akan keberadaan lembaga pendidikan Islam di bawah naungan pemerintah, dan lulusannya hanya memiliki ruang gerak yang sangat terbatas dan domestik. Maka sekarang image tersebut mulai berubah dan UIN mulai berbenah untuk memainkan peran yang lebih besar di negeri ini dalam semua lini.
Seperti halnya Universitas Islam Negeri Jakarta di bawah kepemimpinan Azyumardi Azra merupakan lembaga pendidikan tinggi pertama yang mengembangkan kursus pelatihan pengajar dan buku teks pendidikan kewarganegaraan berbasis demokrasi. Dalam mengembangkan pendidikan Islam ke depan di UIN Jakarta ia mempunyai gagasan untuk menghapus dikotomi pendidikan yang ada dilingkungannya. Ia mengatakan bahwa dirinya akan berupaya untuk mengintegrasikannya. Sehingga ke depan lembaga yang dikomandaninya dapat menjadi lembaga transformasi ilmu dan teknologi dan mampu menjadi motor pembaharu pemikiran Islam di masa yang akan datang. Berbagai langkah dan gagasan dimunculkan untuk menyatukan dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Dalam pandangannya banyak sekali orang-orang yang memiliki potensi akademik tetapi tidak mendapat pengakuan dan kesempatan untuk belajar di tingkat perguruan tinggi karena tidak memiliki ijazah negeri padahal mereka memiliki potensi untuk menjadi seorang intelektual muslim di masanya. Sehingga pada tahun 1998 UIN Jakarta menerima lulusan pesantren meski mereka hanya memiliki ijazah lokal.
Perbedaan kondisi geografis ternyata juga turut andil dalam perubahan dan pengembangan lembaga pendidikan. Dengan tuntutan yang berbeda dimasing-masing wilayah dari waktu ke waktu menjadikan model dan konsep pendidikan Islam yang diterapkan juga berbeda antara satu daerah dengan lainnya. Begitu juga dengan keberadaan UIN Malang dibawah kepemimpinan Imam Suprayugo yang berusaha meretas jalan emas dalam dunia pendidikan melalui elaborasi antara ilmu agama dan ilmu umum serta eksistensi UIN Malang sebagai sebuah perguruan tinggi Islam yang dituntut untuk mampu menjawab problematika umat mempunyai konsep pendidikan yang dikenal dengan Tarbiyah Ulu al-Albab : Dzikir, Fikir dan Amal Shaleh.


C. Biografi Imam Suprayugo dan Pemikiran Pendidikan Islam
Imam Suprayugo adalah salah seorang praktisi pendidikan Islam yang cukup dikenal dalam kancah pendidikan Indonesia terlebih lagi dengan keberadaannya sekarang sebagai Rektor UIN Malang. Pria kelahiran Gemaharjo Watulimo Trenggalek ini telah memulai perjalanan pendidikannya sejak dari tanah kelahirannya. Dengan segala keterbatasan ekonomi orang tua Imam Suprayogo bercita-cita agar anaknya menjadi pemimpin yang baik untuk sebuah masjid atau madrasah. Dan hal tersebut sudah dibuktikan dengan permulaan karir pendidikan dengan menjadi kepala Madrasah Ibtidaiyah NU di Trenggalek.
Namun kemampuan mengatur sebuah lembaga pendidikan mulai disorot dan diakui oleh masyarakat dan menghantarkannya menduduki jabatan sebagai Pembantu Rektor I Universitas Muhamadiyah Malang selama 13 tahun sejak tahun 1983. Lulusan IAIN Malang Fakultas Tarbiyah ini mulai mempunyai pengalaman yang untuk berkunjung ke berbagai perguruan tinggi di berbagai daerah di dalam negeri dan luar negeri sejak tahun 1990. Dari perjalanan itulah beliau mendapatkan pelajaran yang berharga sekaligus inspirasi untuk melahirkan sebuah kerangka pengembangan universitas Islam di masa mendatang.
Karir pendidikan di UIN Malang dijalani sejak Imam Suprayugo sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Tarbiyah IAIN Malang menggantikan H. Tadjab. Dan diamanahi memimpin untuk menjadi Ketua STAIN Malang pada tahun 1997. Pria yang menyelesaikan Program Doktoral di UNAIR Surabaya dengan disertasinya yang berjudul Kyai dan Politik, memang dikenal ahli dalam bidang sosiologi. Maka tidak mengherankan dengan segala pengetahuannya ia berusaha memoles STAIN Malang menjadi sebuah perguruan tinggi Islam yang disegani karena kedalaman spiritual para alumninya dengan keunggulan keilmuan yang dimiliki. Oleh sebab itu ada sebuah jargon yang selalu didengungkan yaitu “ulama yang intelek dan intelektual yang ulama“.
Sebuah konsep pendidikan berparadigma Al-Qur’an coba ditawarkan oleh Imam Suprayugo dalam memimpin sebuah lembaga pendidikan Islam. Konsep ini memiliki empat hal pokok sebagai unsur dari sebuah pendidikan yang Islami. Pembahasan dalam konsep tersebut ialah (1) membacakan ayat-ayat Allah, maksudnya bahawa anak didik dan pendidik harus mampu untuk membaca ayat-ayat Allah yang terdapat pada al-Qur’an (qauliyah) serta juga mampu membaca ayat-ayat Allah yang terhampar di alam semesta (kauniyah) karena dari observasi itulah akan muncul ilmu pengetahuan, (2) mensucikan (tazkiyah), dalam mendidik guru dan tenaga pengajar tidak hanya melakukan tranformasi ilmu pengetahuan saja tetapi juga harus mengisi hati atau bathin dari anak didik dengan cara memperdalam spiritualitas melalui dzikir, sholat, puasa dan hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah SWT, (3) mengajarkan Kitab (al-Qur’an) dan (4) mengajarkan hikmah. Pada dasarnya konsep tentang pendidikan Islam menurut Imam Suprayugo mempunyai tujuan yaitu menjadikan anak didik mengetahui siapa penciptanya
Dengan demikian diharapkan sebuah lembaga pendidikan Islam akan mampu mencetak ulama-ulama yang mempunyai keluasan ilmu pengetahuan dan para ilmuwan muslim yang memiliki kedalaman spiritual. Dan langkah yang harus diambil untuk mewujudkan itu semua adalah memperkuat pondasi lembaga pendidikan Islam yang meliputi penguasaan bahasa asing, pendanaan yang kuat, kompetensi tenaga pengajar yang mumpuni, sarana dan prasarana yang memadai dan lingkungan yang kondusif untuk dunia akademik.
D. Konsep Tarbiyah Ulu al-Albab
Tarbiyah Ulu al-Albab sekarang ini menjadi konsep pendidikan Islam yang diterapkan di UIN Malang dan dalam pengembangan kampus di masa yang akan datang. Tinjauan filosofis Tarbiyah Ulu al-Albab melihat bahwa manusia yang disebut ulu al-albab adalah sosok manusia yang mengedepankan dzikir, fakir dan amal sholeh. Ia memiliki ilmu yang luas, pandangan mata yang tajam, otak yang cerdas, hati yang lembut dan semangat jiwa pejuang (jihad di jalan Allah). Manusia ulu al-albab adalah manusia yang bertauhid dan karenanya ia berkeyakinan bahwa semua makhluk adalah sama dan tiada yang yang lebih tinggi kecuali ia memiliki kemuliaan yang disebabkan ia memiliki ilmu, iman dan amal sholeh (taqwa).
Komunitas yang berjiwa dan berwatak ulu al-albab adalah komunitas yang berorientasi hanya mencari ridlo Allah semata. Segala kegiatan mendidik, belajar dan bekerja adalah sarana mencapai tujuan yaitu ridho Allah SWT, bukan karena jabatan, rizki dan kedudukan di mata manusia yang bersifat meteri.
Tarbiyah ulu al-albab bentuk riilnya adalah penggabungan antara pesantren dan perguruan tinggi. Sebab telah kita ketahui bagaimana keberadaan pesantren sebagai pusat pendidikan agama Islam yang telah lama berdiri melahirkan manusia yang mengedepankan dzikir. Begitu juga dengan perguruan tinggi yang menghasilkan manusia yang mengedepankan fikir, dan atas keduanya akan melahirkan amal shaleh.
Keberhasilan hidup bagi penyandang ulu al-albab adalah keselamatan di dunia dan akhirat. Ulu al-albab meyakini kehidupan jasmani dan ruhani, dunia dan akhirat. Kedua dimensi haris memperoleh perhatian yang seimbang. Melalui dzikir, fakir dan amal shaleh pendidikan ulu al-albab mengantarkan seseorang menjadi manusia terbaik sehat jasmani dan ruhani. Dan tarbiyah ulul albab dikatakan berhasil jika mampu mengantar seseorang memiliki identitas sebagai berikut :
1. berilmu pengetahuan luas
2. penglihatan yang tajam
3. bercorak cerdas
4. berhati lembut
5. bersemangat juang tinggi karena Allah SWT.
Orientasi Tarbiyah Ulu al-Albab dirumuskan dalam sebuah kalimat perintah : Kunu uli ilmu, kunu uli nuha, kunu uli albab, wa jahidu fi allah haqqa jihadih. Ulu al-albab berpandangan bahwa jika seseorang telah menguasai ilmu pengetahuan, cerdas, berpandangan luas dan piranti yang lembut serta mau berjuang di jalan Allah, insya Allah akan mampu melakukan amal shaleh. Konsep amal shaleh diartikan sebagai bekerja secara lurus, tepat, benar atau professional.
Dalam pelaksanaanya Tarbiyah Ulu al-Albab memiliki berbagai pendekatan sesuai dengan rumusan yang dimiliki yaitu dzikr, fikr dan amal shaleh. Dzikr dilakukan dalam bentuk sholat jama’ah, khotmul al-qur’an, puasa sunah dan memperbayak membaca dzikr (kalimah thayyibah).
Pendekatan fikr dilakukan melalui pendekatan riset terbimbing. Artinya mahasiswa diberi tanggung jawab untuk mengembangkan keilmuan yang dimiliki dengan melakukan riset. Sehingga pendidikan ulu al-albab lebih merupakan kegiatan riset terbimbing oleh dosen. Sebagai ciri khas dari perguruan tinggi adalah melakukan riset dan menemukan sesuatu yang baru.
Sedangkan amal shaleh haruslah merangkum tiga dimensi yaitu Profesional, transenden atau pengabdian kepada Allah dan kemaslahatan bagi kehidupan pada umumnya. Dalam melakukan amal shaleh terdapat dua pendekatan, pertama pendekatan keteladanan dengan cara ibda’ bi nafsika; mulai dari diri sendiri. Dan kedua berkenaan dengan pengembangan pemikiran melalui pendekatan kebebasan, keterbukaan dan bertanggung jawab. Sehingga penerapan dan pengembangan keilmuan dapat dilakukan oleh siapa saja, dan seluruh hasil pemikiran dihargai. Dan prinsip terbuka menjadikan manusia ulu al-albab menjadikannya memiliki daya nalar dan kriti.
E. Relevansi Konsep Pendidikan Imam Suprayugo (Tarbiyah Ulu al-Albab) dengan dunia pendidikan di Indonesia
Konsep pendidikan Ulu al-Albab (Imam Suprayugo) dalam upaya pengembangan pendidikan Islam di Indonesia mendatang pada dasarnya menginginkan dekonstruksi atas dikotomi keilmuan yang ada di lembaga pendidikan Islam. Karena tidak ada perbedaan antara ilmu agama dan ilmu umum, justru keduanya harus diintegrasikan dalam sebuah proses pendidikan sehingga akan menghasilkan alumni yang tidak saja pandai tetapi juga alim dalam bidang agama. Oleh sebab itu patut kita perhatikan pendapat dari Albert Enstein yang menyatakan bahwa agama tanpa bantuan ilmu pengetahuan akan lumpuh dan gagal mencapai tujuannya yang mulia, dan sebaliknya ilmu pengetahuan tanpa bantuan agama akan buta dan gagal pula melihat tujuannya yang sejati.
Oleh sebab itu Imam Suprayugo dengan kemampuan analisis sosiologinya melakukan langkah awal untuk mencapai tujuan pendidikan ulu al-albab dengan menyiapkan pondasi melalui pembelajaran bahasa Arab di tahun pertama bagi seluruh mahasiswa baru sejak tahun 1997, dan membangun ma’had ’aly untuk mahasiswa baru selama satu tahun sejak tahun 1999. dengan sebuah harapan para mahasiswa tidak hanya kuliah tetapi juga sebagai santri yang akan mengkaji ilmu-ilmu agama di ma’had ’aly. Sehingga para alumni benar-benar menjadi intelektual yang memiliki kedalaman spiritual.
F. Penutup
Sebagai akhir dari ulasan ini penulis melihat bahwa sebuah lembaga pendidikan Islam yang memiliki visi ke depan dengan dukungan sistem pengajaran dan sarana prasarana fisik maupun non-fisik yang memadai sangat dibutuhkan sebagai sebuah pertanggung jawaban kepada umat. Dan konsep pengembangan pendidikan Islam di UIN Malang dengan tarbiyah ulu al-albab patut kiranya menjadi sebuah alternatif pengembangan lembaga pendidikan Islam dalam menjawab tantangan globalisasi dan keterpurukan pendidikan nasional saat ini dan mendatang.


Daftar Pustaka

Azra, Azyumardi.(ed). 2000. Islam Substantif : Agar Umat Tidak Jadi Buih. Bandung. Mizan.
M. Zainudin dan Muhammad In’am Esha (ed), 2004, Horizon Baru Pengembangan Pendidikan Islam (Upaya Merespon Dinamika Masyarakat Global), Malang, UIN Press.
Suprayugo, Imam.(eds). 2004. Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an. Malang. UIN Malang Press.
............, 1999. Reformulasi Visi Pendidikan Islam. Malang. STAIN Press.
………, 2004. Memelihara Sangkar Ilmu (Refleksi Pemikiran dan Pengembangan UIN Malang). Malang. UIN Press.
UIN Malang. 2004. Tarbiyah Uli al-Albab : Dzikr, Fikr dan Amal Shaleh. Konsep Pendidikan UIN Malang, Malang.
www.TokohIndonesia.com
http://zamronimpd.blogspot.co.id/2010_09_01_archive.html

0 comments:

Post a Comment