PENYUSUNAN KALIMAT EFEKTIF
A. Penggunaan Kata yang Mengalami Perubahan Makna
Penggunaan kata yang mengalami perubahan makna dalam perkembangan penggunaannya,kata sering mengalami perubahan makna.
Perubahan tersebut sering terjadi karena pergeseran konotasi,rentang
masa penggunaan,jarak dan lain-lain. Namun yang
jelas,perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam
yaitu:menyempit,meluas,ameliorative,peyoratif,dan asosiasi. Untuk lebih
jelasnya perhatikan penjelasan dibawah ini:
Macam-macam perubahan makna:
a. Menyempit/spesialisasi
Kata yang tergolong kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada
awalnya penggunaannya bias dipakai untuk berbagai hal umum,tetapi
penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.
Contoh:
Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalam arti luas atau
umum,sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau
seni.Begitu pula kata sarjana(dulu orang yang pandai,berilmu
tinggi,sekarang bermakna “lulusan perguruan tinggi”).
b. Meluas/generalisasi
Penggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.
Contoh:
Petani dulu dipakai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan
hidupnya dari mengerjakan sawah,tetapi sekarang kata tersebut dipakai
untuk keadaan yang lebih luas.
Penggunaan pengertian petani ikan,petani tambak,petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas penggunaannya.
c. Amelioratif
Pada awalnnya,kata ini memiliki makna kurang baik,kurang positif,dan tidak menguntungkan.
Contoh:
Wanita,pramunikmat,dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk
lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam
kata-kata tersebut.
d. Peyoratif
Makna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata daripada makna kata pada awal pemakaiannya.
Contoh:
Kawin,gerombolan,oknum,dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.
e. Asosiasi
Yang tergolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan
makna-makna yang muncul karena persamaan sifat.Sering kita mendengar
kalimat “hati-hati dengan tukang catut itu”. Tukang catut dalam kalimat
diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif,begitu pula dengan
kata kacamata dalam:menurut kacamata saya,perbuatan anda tidak benar.
f. Sinestesia
Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera,misalnya dari indera pengecap keindera penglihatan.
Contoh:
Gadis itu berwajah manis,kata manis mengandung makna enak,biasanya
dirasakan oleh alat pegecap,berubah menjadi bagus,dirasakan oleh indera
penglihatan.Demikian juga kata panas,kasar,sejuk,dan sebagainya.
B. Penggunaan Kata Serapan dari Bahasa Asing dan Daerah
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa
daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya
disesuaikan untuk memperkaya kosa kata.
Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk
mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu
ke benda-benda di sekitarnya.
Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui
kesepakatan masyarakat itu sendiri umumnya mencukupi keperluan itu,
namun manakala terjadi hubungan dengan masyarakat bahasa lain, sangat
mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang dari luar
budaya masyarakat itu.Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah
satu cara memenuhi keperluan itu–yang sering dianggap lebih
mudah–adalah mengambil kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang
menjadi asal hal ihwal baru itu.
Karena perkembangan zaman dan pemakaian bahasa, makna suatu kata bisa mengalami pergeseran.
Ada beberapa kemungkinan pergeseran makna kata meluas dan menyempit, citranya menurun atau naik, serta artinya berubah.Semua itu bisa dilihat dalam konteks kalimat dan dibandingkan penggunaannya pada zaman dahulu dan sekarang.
Contoh:
1. Kata sarjana, dahulu kala berate orang yang berpengetahuan luas,
terpelajar, berilmu, sekarang khusus lulusan S1 suatu universitas atau
perguruan tinggi.
2. Kata bapak dan ibu pada mulanya berate orang tua yang melahirkan
kita, yang menjadi lantaran adanya kita, sekarang dipakai untuk
menunjukkan guru, dosen, pimpinan, pejabat, para senior.
3. Kata laki-bini dulu dipakai untuk pengertian suami-isteri sekarang
citra kata itu dirasa kurang halus. Demikian juga kata beranak, palacur,
miskin, bodoh, gila. Sebagai gantinya digunakan kata suami-istri,
melahirkan/bersalin, wanita tuna susila/pekarja seks komersial, kurang
mampu, kurang pengetahuan, kurang waras.
4. Kata ulama dulu berarti orang yang berilmu pengetahuan secara luas dan umum, sekarang khususuntuk ahli agama.
Kata-kata yang mengalami pergeseran makna yang lain misalnya kata cangih, tegar, transparan, bernyanyi, aktor intelektual.
C. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca, seperti apa
yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.Kalimat efektif juga
merupakan kalimat yang padat, singkat, jelas, lengkap, dan dapat
menyampaikan informasi secara tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan,
perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau
penulis.danKalimat di katakana efektif apabila mampu membuat proses
penyampaian dan penerimaan itu berlangsung denagan sempurna.
• Penempatan Unsur-unsur Kalimat
Dilihat dari sudut unsur struktur, kalimat terdiri dari unsur yakni berupa kata.Unsur itulah yang bersama-sama dan menurut system tertentu membangun struktur itu.
1. Subyek
Subyek adalah unsur yang di perkatakan dalam kalimat.
Contoh:
Aku adalah seorang artis.
2. Prediket
Kata yang dalam sebuah kalmat berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subyek itu di sebut prediket.
Contoh:
Aku sebetulnya seoarang artis
3. Pelengkap
Sering kali prediket sebuah kalimat harus di lengkapi lagi dengan unsur
lain, sehingga terjadilah suatu pernyataan yang lebih lengkap. Unsur
pelengkap biasanya berada di belakang prediket.
Contoh:
Aku tidak menyukai pekerjaan itu.
4. Kata Perangkai
Unsur ini berfungsi merangkaikan dua unsur subyek, dua unsur prediket,
atau dua unsur pelengkap di dalam sebuah kalimat. Contoh: Kegemaranku
ialah menulis dan melukis.
5.Kata Penghubung
Kata penghubung berfungsi menghubungkan dua buah informasi di dalam satu kalimat.
Contoh:Pekerjaan itu tidak kusukai, tapi aku memperoleh penghasilan besar darinya.
6. Kata Frase
Merupakan sebuah kelompok kata dan seringkali berfungsi sebagai
keterangan prediket untuk keperluan-keperluan tertentu.Misalnya,
keterangan waktu,tempat, sebab dan lain sebagainya.
Contoh:
Rapat akan di lakukan lagi sehabis makan siang.
• Kalimat dengan Beberapa Pola Kesalahan
Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi
dalam penulisan sertaperbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif:
1. Penggunaan dua kata yang sama artinya.
a. Sejak dari usia delapan tahun ia telah di tinggal kan ayahnya. (Sejak usia delapan tahun ia telah di tinggalkan ayahnya.)
b. Hal itu di sebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang
menyenangkan. (Hal ini di sebabkan perilakunya sendiri yang kurang
menyenangkan.)
c. Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup. (Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)
2. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku:
a. Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk. (Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)
b. Gereja itu di lola oleh para rohaniawan secara professional. (Gereja itu di kelola oleh para rohaniawan secara professional.)
3. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ yang tidak tepat
a. Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik. (Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik)
b. Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempatorang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih).
4. Pilihan kata yang tidak tepat.
Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk
berbincang bincang dengan masyarakat.(Dalam kunjungan itu Presiden
Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat).
5. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti.
Sopir bus santoso yang masuk jurang melarikan diri.(Bus santoso masuk jurang,sopirnya melarikan diri.)
6. Pengulangan kata yang tidak perlu:
Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun. (Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku)
• Membuat Kalimat Efektif
Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan
mencoba membetulkan kesalahan pada kalimat-kalimat itu. Beberapa jenis
kesalahan dalam menyusun kalimat antara lain:
1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan, yang sebenarnya tidak perlu.
Contohnya:
– Banyak tombol-tombol yang dapat anda gunakan. Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat anda gunakan.
2. Kontaminasi
Contoh:
– Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat ini seharusnya: Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3. Salah pemilihan kata
Contoh:
– Saya mengetahui kalau ia kecewa. Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa
4. Salah Nalar
– Bola gagal masuk gawang. Seharusnya: Bola idak masuk gawang
5. Kata depan yang tidak perlu
Contoh:
Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru. Seharusnya: Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Unsur-unsurnya :
1. Paralelisme
Dalam kalimat yang efektif, gaya paralelisme menempatkan unsure yang
setara dalam konstruksi yang sama. Konstruksi yang selarian dan sejalan
itu biasanya menempatkan diri dalam hal-hal berikut: sama-sama berbentuk
kata kerja, sama-sama berbentuk kata benda.kalau berawalan me sama-sama berawalan me.
Contoh:
Yang di lakukannya selama ini di kampong hanya mengurus
pusaka,menyudahkan sawah, menjenguk sanak famili, dan membersihkan
kuburan nenek.
2. Repetisi
Kekuatan sebuah kalimat dapat pula di bangkitkan dengan mengulang sebuah kata yang di anggap penting dalam bagian kalimat.
Contohnya:
Mengarang sebuah buku agama berbeda syaratnya dengan mengarang buku
cerita fiksi, sedang mengarang untuk surat kabar berlainan
ketentuannyadengan mengarang syair.
3. Inversi
Seringkali kalimat efektif dapat diusahakan dengan membalikkan pola
dasarnya. Kalau struktur biasa punya urutan subyek + prediket, maka
dalam bentuk inverse jadi terbalik: prediket+subyek. Inversi termasuk
sejenis gaya kalimat. Tujuanya sepeti juga tujuan gayakalimat yang lain
ialah untuk memberikan efek yang lebih besar. Terjadinya bentuk inversi
boleh jadi karena ingin memberi variasi, agar kalimat tidak terlalu
menoton.
Contoh:
Besar rumah itu. Roni terkilir kakinya waktu bermain bola.
4. Posisi Frase dan Klausa
Posisi sebuah frase maupun klusa ada kalanya mempengaruhi sebuah
kalimat. Sebuah frase atau klausa tang di taruh belakang sebuah kalimat,
pengaruhnya akan lain daripada menaruhnya di bagian depan.
Contoh:
Harta bendanya di sita lantaran utangnya banyak di bank. Lantaran utangnya banyak di bank, harta bendanya di situ.
• Kalimat Bervariasi
Kalimat yang efektif itu bervariasi. Di dalam sebuah alinea, kalimat
yang bervariasi itu merupakan “santapan” yang menarik.Kalimat itu dapat
meriangkan pembaca, bukan saja karena memahiminya mudah, tetapi karena
sifatnya yang menyenangkan.
Jadi, variasi itu sangat penting.Bukan
saja dalam kalimatkarya tulis, tapi juga dalam kehidupan pada umumnya;
variasilah yang membuat segala sesuatunya terasa indah dan nikamat.
a. Variasi dalam cara memulai
Kalimat pada umumnya dapat di mulai dengan: subyek, prediket, sebuah
kata modalitas, sebuah frase, sebuah klausa dan penekanan yang efektif.
Penulis yang berpengalaman, pintar sekali menggunakan kalimat-kalimatnya
bervariasi. Mereka bukan hanya berisi kalimat yang di mulai dengan
subyek atau kata modalitas, prediket, dan sebagainya, akan tetapi mereka
beri bervariasi.
b. Variasi dalam panjang-pendek kalimat.
Variasi kalimat bisa pula di usahakan dengan sekaligus mempekerjakan kalimat pendek dan kalimat yang agak panjan.Di
sini kalimat singkat dan kalimat panjang mempunyai nilai tersendiri.
Kedua jenis ukuran kalimat itu mesti bekerja sama. Lagi pula baik
kalimat singkat maupun kalimat panjang punya fungsi tertentu dalam
alinea.
c. Variasi dalam Struktur kalimat
Adanya berbagai struktur kalimat dalam sebuah alinea juga besar artinya
di lihat dari sudut variasi. Alinea yang demikian biasanya lebih
menyenangkan, tidak seperti membaca alinea yang struktur kalimatnya sama
semua. Karangan yang efektif mencerminkan keragaman struktur kalimat.
d. Variasi dalam jenis kalimat
Dengan menggunakan berbagai jenis kalimat, anda juga dapat menghasilkan
variasi.Itulah sebabnya mengapa penulis yang berpengalaman tidak
menggunakan satu jenis kalimat saja dalam karangan mereka.Patut
di ketahui bahwa berdasarkan fungsinya, Ahli-ahli tata bahasa
membedakan kalimat atas empat jenis.Pertama, kalimat yang berfungsi
memberitahukan sesuatu, di sebut kalimat berita. Kedua, kalimat yang
fungsinya menyatakan kehendak, harapan,dan sebagainya, di sebut kalimat
pinta. Ketiga ,kalimat yang menyatakan pertanyaan, di namakan kalimat
Tanya. Keempat, kalimat yang menyatakan perasaan yang kuat, bernama
kalimat seru.
Beberapa definisi Dari Kalimat Efektif.
• Menyatakan bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa
yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam
bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam
bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh
si penutur atau penulis.
• Sebelumnya penelitian tentang kalimat efektif pernah diteliti yaitu
penelitian tentang “Kalimat Efektif: Struktur, Tenaga, dan Variasi”
yang ditulis oleh Epraim (1992)menyimpulkan bahwa struktur kalimat yang
benar merupakan dasar kalimat efektif, tenaga kalimat ialah kemampuan
kalimat untuk menimbulkan pengertian-pengertian yang terkandung dalam
kalimat sesuai dengan yang diinginkan penulis. Setelah memiliki struktur
dan tenaga masih dibutuhkan adanya variasi.
• Juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif yaitu suatu
kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, informasi, dan perasaan dengan
tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logikanya.
Ciri-ciri kalimat efektif :
• Kesepadanan atau Kesatuan
• Kesejajaran Bentuk (Paralelisme)
• Penekanan dalam kalimat
• Kehematan
• Kevariasian
• Kelogisan
Juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif secara jelas
dan terperinci yaitu: “Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki
seseorang pada prakteknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat”.
Kalimat yang baik pertama sekali haruslah memenuhi persyaratan gramatikal.Hasil ini berarti kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah –kaidah yang berlaku.
Kaidah-kaidahtersebutmeliputi :
1. Unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat,
2. Aturan-aturan tentang Ejaan yang Disempurnakan,
3. Cara memilih kata dalam kalimat.
Menyatakan: “Agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada
pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh penulis naskah perlu
diperhatikan beberapa hal yang merupakan ciri-ciri kalimat efektif yaitu
kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk, penekanan dalam kalimat,
kehematan dalam mempergunakan kata, kevariasian dalam struktur kalimat”.
1. Kesepadanan dan Kesatuan
Kesepadanan dalam sebuah kalimat efektif adalah hubungan timbal balik
antara subjek dan predikat, predikat dengan objek serta keterangan,
yang semuanya berfungsi menjelaskan unsur/bagian kalimat tersebut.Selain
struktur/ bentuk kesepadanan, kalimat efektif harus pula mengandung
kesatuan ide pokok/ kesatuan pikiran.Syarat pertama bagi kalimat efektif
mempunyai struktur yang baik. Artinya kalimat itu harus memiliki
unsur-unsur subjek dan predikat atau bisa ditambah dengan objek,
pelengkap dan keterangan melahirkan keterpaduan yang merupakan ciri
kalimat efektif .
Kesepadanan kalimat diperhatikan oleh kemampuan struktur bahasa dalam mendukung atau konsep yang merupakan kepaduan pikiran.
a) Subjek dan Predikat.
Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Unsur
kalimat yang disebut subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan
siapa atau apa. Unsur predikat dalam kalimat dapat diketahui dari
jawaban atas pertanyaan bagaimana atau mengapa.
b) Kata Penghubung Intra kalimat dan Antar kalimat.
Konjungsi merupakan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa,
antarkalimat, atau antarparagraf.Secara umum konjungsi terdiri atas
konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat.Konjungsi intrakalimat
adalah konjungsi yang menghubungkan unsur-unsur kalimat, sedangkan
konjungsi antarkalimat berfungsi menghubungkan sebuah kalimat dengan
kalimat berikutnya.
Alwi, dkk. (2003:296) menyatakan bahwa konjungtor juga dinamakan kata
sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang
sederajat : kata dengan kata, frasa dengan frasa atau klausa dengan
klausa.
c) Gagasan pokok.
Dalam menyusun kalimat kita harus mengemukakan gagasan (ide) pokok
kalimat. Biasanya gagasan pokok diletakkan pada bagian depan kalimat.
Jika seorang penulis hendak menggabungkan dua kalimat, maka penulis
harus menentukan bahwa kalimat yang mengandung gagasan pokok harus
menjadi induk kalimat.
Contoh:
1. Ia dipukul mati ketika masih dalam tugas latihan.
2. Ia masih dalam tugas latihan ketika dipukul mati.
Gagasan pokok dalam kalimat (1) ialah “ia dipukul mati”.Gagasan pokok
dalam kalimat (2) ialah “ia masih dalam tugas latihan”.Oleh sebab itu,
“ia dipukul mati” menjadi induk kalimat di kalimat (1), sedangkan “ia
masih dalam tugas latihan” menjadi induk kalimat dalam kalimat (2).
d) Penggabungan dengan “yang”,”dan” jika dua kalimat digabungkan
dengan partikel danmaka hasilnya adalah kalimat majemuk setara. Jika dua
kalimat digabungkan dengan partikelyang akan menghasilkan kalimat
mejemuk bertingkat. Artinya kalimat itu terdiri dari induk kalimat dan
anak kalimat.
e) MenggabunganMenyatakan ”sebab” dan ”waktu”.
Menyatakan bahwa hubungan sebab dinyatakan dengan mempergunakan kata
karena, sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan kata ketika. Kedua
kata ini sering dipergunakan pada kalimat yang sama.
Contoh:
lebih tinggi.
(2) Karena gelombang tsunami melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih tinggi.
Kalimat di atas kedua-duanya tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan
pikiran penulis apakah ia mementingkan hubungan waktu atau sebab. Yang
perlu diperhatikan adalah pilihan penggabungan itu harus sesuai dengan
konteks kalimat.
f) Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Akibat dan Hubungan Tujuan
Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggunaan partikel sehingga
untuk menyatakan hubungan akibat, dan partikel agar atau supaya untuk
menyatakan hubungan tujuan.
Contoh:
(1) Semua perintah telah dijalankan.
(2) Para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
Kalimat di atas digabungkan menjadi:
(1)Semua perintah telah dijalankan sehingga para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
(2)Semua perintah telah dijalankan agar para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
Penggunaan kata sehingga dan agar dalam kalimat di atas menghasilkan
kalimat yang efektif.Perbedaan kalimat (1) yang diinginkan adalah
hubungan akibat, sedangkan pada kalimat (2),hubungan tujuan.
2. Kesejajaran Bentuk (Paralelisme)
Kesejajaran satuan dalam kalimat, menempatkan ide/ gagasan yang sama
penting dan sama fungsinya kedalam struktur/ bentuk gramatis. Jika
sebuah gagasan (ide) dalam suatu kalimat dinyatakan dengan frase
(kelompok kata), maka gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan
dengan frase. Kesejajaran (paralelisme) membantu memberi kejelasan
kalimat secara keseluruhan.
Contoh:
Penyakit aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan
berbahaya, sebab pencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu.
Dalam kalimat di atas penggunaan yang sederajat ialah kata mengerikan
dengan berbahayadan kata pencegahan dengan pengobatannya. Oleh sebab
itu, bentuk yang dipakai untuk kata-kata yang sederajat dalam contoh
kalimat di atas harus sama (paralel) sehingga kalimat itu kita tata
kembali menjadi:Penyakit Aids adalah salah satu penyakit yang paling
mengerikan dan membahayakan sebab pengecahan dan pengobatannya tak ada
yang tahu.
3. Penekanan dalam Kalimat
Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan (ide) pokok.Inti
pikiran ini oleh biasanya ingin ditekankan atau ditonjolkan penulis
atau pembicara. Menurut penekanan terhadap inti yang ingin diutarakan
dalam kalimat biasanya ditandai dengan nada suara, seperti memperlambat
ucapan, meninggikan suara, pada bagian kalimat yang dipentingkan.
Beberapa cara membentuk penekanan dalam kalimat:
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan atau awal kalimat.
2. Membuat urutan kata yang bertahap.
3. Melakukan pengulangan kata(repetisi).
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
5. Menggunakan partikel penekanan (penegasan).
4. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif ialah kehematan dalam pemakaian kata,
frase atau bentuk lainnya dianggap tidak diperlukan.Kehematan itu
menyangkut soal gramatikal dan makna kata.Kehematan tidak berarti bahwa
kata yang diperlukan atau yang manambah kejelasan makna kalimat boleh
dihilangkan.
Unsur-unsur penghematan apa saja yang harus diperhatikan:
a) Pengulangan Subjek Kalimat.
Penulisan kadang-kadang tanpa sadar sering mengulang subjek dalam satu
kalimat.Pengulangan ini tidak membuat kalimat itu menjadi lebih jelas.
Contoh:
Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan study tour karena mereka tahu masa ujian telah dekat.
Direvisi menjadi:
Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan studi tur karena masa ujian telah dekat.
b) Hiponimi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hiponim adalah hubungan antara
makna spesifik dan makna generik atau antaranggota taksonomi.
Contoh:
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya lampu neon.
Direvisi menjadi:
Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya neon.
c) Pemakaian Kata Depan ”dari” dan ”daripada”
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata depan dari dan daripada,
selain ke dan di. Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk
menunjukkan arah (tempat), asal(asal-usul).
Contoh :
Bu Ros berangkat dari Bandung pukul 06.30WIB.
Kata dari tidak dipakai untuk menyatakan milik atau kepunyaan.
Dalam bahasa Indonesia kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau lainnya.
Contoh:
Sifat Muhammad Yamin lebih sukar dipahami daripada sifat Miswanto.
5. Kevariasia
Panjang pendeknya variasi dalam kalimat mencerminkan jalan pikiran
seseorang. Variasi dalam penulisan pilihan kata (diksi) atau variasi
dalam tutur kalimat yang tepat dan benar akan memberikan penekanan pada
bagian-bagian kalimat yang diinginkan. Agar tidak membosankan dan
menjemukan dalam penulisan kalimat diperlukan pola dan bentuk/struktur
yang bervariasi.
a) Variasi Bentuk Pasif Persona
Bentuk pasif persona juga dapat dimanfaatkan sebagai variasi lain dalam pengungkapan informasi.
b) Variasi Bentuk Aktif – Pasif
Variasi bentuk aktif-pasif merupakan variasi penggunaan kalimat dengan
memanfaatkan kalimat aktif lebih dulu, kemudian diikuti oleh kalimat
pasif, atau sebaliknya.
6. Kelogisan
Yang dimaksud kelogisan adalah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kami persilahkan.
Kalimat tersebut tidak logis. Maka seharusnya:
Kepada Bapak Kepala Sekolah kami persilahkan.
D. Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Berikut ini 13 Sebab Ketidakefektifan Kalimat :
1. Kalimat Berstruktur Kompak.
Setiap kalimat minimal terdiri atas unsur pokok dan sebutan (yang
menerangkan pokok) atau unsur subjek dan predikat. Kalimat yang baik
adalah kalimat yang menggunakan subjek dan predikat secara benar dan
kompak. Kekurangkompakan dan ketidakjelasan subjek dapat terjadi jika
digunakan kata depan di depan subjek. Misalnya penggunaan dalam, untuk,
bagi, di, pada, sebagai, tentang, dan, karena sebelum subjek kalimat
tersebut.
Contoh kalimat tidak efektif:
Bagi semua siswa harus memahami uraian berikut ini.
Dalam pembahasan ini menyajikan contoh nyata.
Sebagai contoh dari uraian di atas adalah perkalian di bawah ini.Kalimat
di atas menjadi tidak efektif karena unsurnya tidak lengkap.
2. Kalimat Paralel.
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tersusun secara paralel.
Keparalelan itu tampak pada jenis kata yang digunakan sebagai suatu yang
paralel dengan memiliki unsur atau jenis kata yang sama. Kesalahan
dalam menggunakan paralelis kata akan menjadikan kalimat tersebut
menjadi tidak efektif.
Contoh kalimat tidak efektif:
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, kelengkapan
materi yang harus dilampirkan, penggambaran tahap-tahap kegiatan, dan
simpulan hasil pengujian.
Ketidakefektifan kalimat tersebut, karena memfaralelkan jenis kata
menyusun, dengan kelengkapan, penggambaran, dan simpulan.Kalimat
tersebut memfaralelkan “kegiatan” sebagai verba, maka kata lainnya
seharusnya menggunakan verba.Misalnya, kata menyusun seharusnya
berfaralel dengan melampirkan (materi secara lengkap), menggambarkan
(tahap-tahap kegiatan), dan menyimpulkan (hasil pengujian).
Bandingkanlah dengan kalimat di bawah ini!
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, melampirkan
materi secara lengkap, menggambarkan tahap-tahap kegiatan, dan
menyimpulkan hasil pengujian.
3. Kalimat Hemat.
Kalimat yang efektif harus hemat.Kalimat hemat memiliki ciri kalimat
yang menghindari pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan penjamakan
kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh kalimat tidak efektif:
Para menteri serentak berdiri, setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang ke acara itu.
Waktu tempuh yang digunakan hanya selama 45 menit saja untuk sampai ke daerah itu.
Air raksa ini harus dicampur dengan kain warna merah.
Banyak orang-orang yang tidak hadir pada pertemuan yang menghadirkan
beberapa tokoh-tokoh terkemuka.Kalimat pertama kurang efektif karena
menggunakan subjek (kata para menteri) dengan subjek kedua (kata
mereka). Kalimat kedua menggunakan kata bermakna sama, yaitu kata hanya
dan saja. Kalimat ketiga kurang efektif karena menggunakan kata bermakna
hiponimi, yaitu kata warna dan merah (merah merupakan salah satu warna,
sehingga tidak perlu menggunakan kata warna).Kalimat keempat,
menggunakan kata bermakna jamak secara berulang, yaitu kata banyak dan
beberapa dengan pengulangan kata yang mengikutinya.
4. Kalimat Berpadu.
Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang berisi kepaduan pernyataan.
Kalimat yang tidak berpadu biasanya terjadi karena salah dalam
menggunakan verba (kata kerja) atau preposisi (kata depan) secara tidak
tepat.
Contoh kalimat tidak efektif:
Segala usulan yang disampaikan itu kami akan pertimbangkan.
Uraian pada bagian ini akan menyajikan tentang perkembangbiakan pohon aren.
Materi yang sudah diungkapkan daripada pembicara awal akan dibahas kembali pada pertemuan yang akan datang.
Penggunaan kata akan yang menyelip di antara subjek dengan predikat pada
kalimat pertama menjadikan kalimat tersebut kurang padu. Demikian pula
penggunaan kata tentang dan daripada setelah verba menjadikan kalimat
tersebut kurang padu.
5. Kalimat Logis.
Kalimat yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau
pikiran sehat.Biasanya ketidaklogisan kalimat terjadi karena pemilihan
kata atau ejaan yang salah.
Contoh kalimat tidak efektif:
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran acara ini.
Untuk mempersingkat waktu, marilah kita bersama-sama mulai mengerjakan tugas tersebut.
Mayat wanita yang ditemukan di sungai itu sebelumnya sering mondar- mandir di daerah tersebut.
Pada kalimat pertama terkadung makna bahwa yang berbahagia adalah
kesempatan, kecuali verbanya diganti dengan membahagiakan.Kalimat kedua
memiliki makna yang tidak mungkin waktu dipersingkat, kecuali acara yang
dipersingkat atau waktu yang dihemat.Kalimat ketiga menggunakan
konstruksi kalimat yang kurang benar sehingga memunculkan makna yang
kurang logis dan menakutkan.
6. Kontaminasi
Merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah
Contoh :
• Diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah)
• Memperkuat, menguatkan memperkuatkan (salah)
• Sangat baik, baik sekali sangat baik sekali (salah)
• Saling memukul, pukul-memukul saling pukul-memukul (salah)
• Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
7. Pleonasme
Berlebihan, tumpang tindih
Contoh :
• Para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
• Para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
• Banyak siswa-siswa (banyak siswa)
• Saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
• Agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
• Disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
8. Tidak Memiliki Subjek.
Contoh :
• Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
• Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
• Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
9. Adanya kata depan tidak perlu.
Contoh :
• Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
• Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
• Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
10. Salah Nalar.
Contoh :
• waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
• Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
• Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
• Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
• Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
• Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
• Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa).
11. Kesalahan Pembentukan Kata.
Contoh :
• mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
• menyetop seharusnya menstop
• mensoal seharusnya menyoal
• ilmiawan seharusnya ilmuwan
• sejarawan seharusnya ahli sejarah
12. Pengaruh bahasa asing.
Contoh :
Kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat berikut:
Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother works.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
13. Pengaruh Bahasa daerah
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:
Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak sudah datang.
Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat
kita lihat pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari
sebuah rubrik di tabloid anak-anak Yunior.
Berikut ini adalah jenis-jenis kalimat yang dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok.
A.Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan
orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan
bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya
ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya
atau kalimat perintah.
Contoh:
– Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
– “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan
atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi
dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
– Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
– Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
B. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang
terdiri dari satu subjek dan satu predikat.Kalimat tunggal merupakan
kalimat dasar sederhana.Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan
ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri
pola-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh: Victoriabernyanyi
. S P
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh: Ikasangat rajin
. S P
* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh: Masalahnyaseribu satu.
. S P
Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh : Saya siswa kelas VI.
2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh : Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan
kata-kata pada unsur-unsurnya.Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur
utama dari kalimat masih dapat dikenali.Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih. Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis,
dengan undang-undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin.
6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David Beckham.
10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:
1. Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
3. Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat
dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan
tiap kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke
dalam beberapa bagian, yaitu:
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau serta.
Contoh:
– Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
– Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.
* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan, namun, melainkan.Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan.
Contoh:
– Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.
– Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.
Contoh:
– Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
– Aku atau dia yang akan kamu pilih.
* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.
Contoh:
– Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.
– Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.
* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan
oleh kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang
berurutan.
Contoh:
– Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.
b. Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas.Kedua
kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat.Bagian
yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai
klausa utama (induk kalimat).Bagian yang lebih rendah kedudukakannya
disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak
2. Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
3. Akibat: hingga, sehingga, maka
4. Syarat: jika, asalkan, apabila
5. Perlawanan: meskipun, walaupun
6. Pengandaian: andaikata, seandainya
7. Tujuan: agar, supaya, untukbiar
8. Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
9. Pembatasan: kecuali, selain
10. Alat: dengan+ katabenda: dengan tongkat
11. Kesertaan: dengan+ orang
Contoh:
– Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
c. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya.
Contoh:
– Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS: Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC: Kami berhenti karena hari sudah malam.
– Kami langsung pulang karena hari sudah malam.h
– Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
KMS: Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.
KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
C.Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah
kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya
diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya.Sedangkan dalam bentuk
lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Macam-macam kalimat perintah :
* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !
* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
b. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu.Dalam
penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam
pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun.Kalimat ini mendorong
orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam kalimat berita :
* Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
* Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
c. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu
informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri
dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya
menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah
bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh:
– Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
– Kapan Becks kembali ke Inggris?
c. Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan perasa
‘yang kuat’ atau yang mendadak.Kalimat seruan biasanya ditandai dengan
intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!)
atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh:
– Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
– Bukan main, eloknya.
D. Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari
satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam
kalimat lengkap.
Contoh :
– Mahasiswaberdiskusidi dalam kelas.
. S P K
– Ibumengenakankaos hijau dan celana hitam.
. S P O
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya
memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau
keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam,
perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan
kekaguman.
Contoh:
– Selamat sore
– Silakan Masuk!
– Kapan menikah?
– Hei, Kawan…
E. Berdasarkan Susunan S-P
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata
atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan
mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika
kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya
dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:
– Ambilkankoran di atas kursi itu!
. P S
– Sepakatkamiuntuk berkumpul di taman kota.
. S P K
2. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya
sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
– Penelitian inidilakukanmerekasejak 2 bulan yang lalu.
. S P O K
– Aku dan diabertemudi cafe ini.
. S P K
F. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan
diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan
(anak kalimat).Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya.Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh;
– Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
– Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang
berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali
oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat.Kalimat belum dapat
dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya.Sebelum kalimat itu selesai,
terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen
itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk
ketegangan.
Contoh:
– Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
– Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.3.
3. Kalimat Yang Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan
kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang
simetri.
Contoh:
– Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
– Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
G. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.Kaliamat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata
kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja
aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja),
misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
– Mereka akan berangkat besok pagi.
– Kakak membantu ibu di dapur.
Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek
penderita (O1).Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan
selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh: Enimencucipiring.
. S P O1
1.Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh
objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln
ber-.Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1.Kalimat ini
tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
– Merekaberangkatminggu depan.
. S P K
– Amelmenangis tersedu-sedudi kamar.
. S P K
2.Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh:
– Diankehilanganpensil.
. S P Pel.
– Soniselalu mengenderaisepeda motorke kampus.
. S P Pel K
2.Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan.
Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di-
dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:
– PiringdicuciEni.
. S P O2
2.Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat
berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada
kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-.
Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata
kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.
Contoh:
– Kupukuladik.
. O2 P S
– Akan saya sampaikan pesanmu.
. O2 P S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan di-.
3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh : Bapak memancing ikan. (aktif)
. Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh : Aku harus memngerjakan PR. (aktif)
. PR harus kukerjakan. (pasif).
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Didalam materi makalah ini menyangkut tentang kalimat efektif. Karena
kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pikiran dan
perasaan penulis atau pembicaraan dengan jelas kepada pembaca atau
pendengar. Dan kalimat efektif juga terbagi atas unsur-unsurpenting yang
ada dalam kalimat tersebut adalah merupakan kemampuan struktur bahasa
dalam mendukung gagasan/ide yang dikandung kalimatnya. Dan kalimat
efektif juga mempelajari tentang subjek dan predikat, kalimat klausa,
interelasi antara s,p,o, dan k. dan mempelajari juga tentang kata
penghubung konjungsi.
B. Saran
Untuk dapat membentuk kalimat efektif yang mampu menyampaikan pikiran
dan perasaan, penulis atau pembicaraan dengan jelas kepada pembaca atau
pendengar.
Maka penulis atau pembicara memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam kalimat efektif kita sebagai mahasiswa harus memahami atau membedakan kalimat efektif yang baik dan intensif.
2. Para mahasiswa atau dosen hendaknya lebih meningkatkan mutu pengkajiannya dalam membentuk kalimat efektif.
3. Kalimat efektif sangat penting untuk dipelajari oleh setiap mahasiswa
baik yang tampak melakukan kemampuan struktur atau unsur-unsur penting
dalam sebuah kalmat efektif.
PUSTAKA
https://nurkholismzzstimkpringsewu.wordpress.com/tugas/b-b-indo/penyusunan-kalimat-efektif/
Baynham, Mike. (1995) Literacy Practices: Investigating Literacy in Social Contexts.
London: Longman. Keraf, Gorys (1983) Komposisi. Jakarta: Gramedia.
Rusyana, Yus (1984) Bahasa & Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro.
0 comments:
Post a Comment