MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TEORI
KEBENARAN
Dosen
Pengampu : Bapak Kholid Zamzami, M si.
Di susun oleh:
Ahmad
Nafis Syahroni (13650131)
JURUSAN
TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS
SAINS dan TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji
syukur kami ucapkan kehadirat allah SWT atas rahmatnya yang telah dilimpahkan
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dalam makalah
ini kami akan membahas dengan tema “Teori Kebenaran”.
Kami akan membahas teori-teori kebenaran meliputi Korespondensi,
Koherensi, Pragmatis, Agama dan lain sebagainya. Dalam menyelesaikan tugas
makalah ini kami bekerja semaksimal mungkin sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dalam waktu yang tepat.
Kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan namun telah memberi manfaat bagi kami,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
dosen pembimbing kami Kholid Zamzami, M sidan juga teman semuanya..
Semoga dengan
terselesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman
sekalian.
Malang, 11 Maret 2014
Penulis
Kelompok 1
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang............................................................................................................ 4
1.2
Rumusan Masalah....................................................................................................... 5
1.3
Tujuan Pembahasan..................................................................................................... 5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Teori Kebenaran....................................................................................... 6
2.2 Ukuran Kebenaran...................................................................................................... 7
2.3
Macam-macam Teori Kebenaran................................................................................ 8
2.4 Jenis-jenis
teori Kebenaran......................................................................................... 11
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mengetahui apa
yang dimaksudkan oleh suatu pertanyaan tidak sama dengan mengetahui apakah
pernyataan itu benar atau kah tidak. Percayakah Anda bahwa kebenaran itu
sifatnya relative?“ Kebenara itu tidak ada, tergantung pada tiap-tiap orang,”
begitu kata seorang kawan penulis. Bukankah segala sesuatu itu dapat diukur,
dinilai, dan akhirnya diketahui mana yang benar dan mana yang salah, atau lebih
maju lagi untuk mencari pemahaman tentang mana yang bermanfaat dan mana yang
tidak mana yang merugikan dan mana yang menguntungkan (tentunya bagi banyak pihak
bukan bagi segelintir orang).
Tidak ada kebenaran
semuanya palsu teriak seorang yang keinginannya gagal dan ia merasa marah
karena apa yang sangat diinginkannya tidak terpenuhi. Ketidakpercayaan orang
pada kebenaran memang lahir dari pengalaman psikologis bahwa ia memang tidak
pernah menemui fakta bahwa apa yang diinginkannya terpenuhi dalam realitas.
Tapi bukan
berarti bahwa kebenaran itu tidak ada. Tidak akan ada kebenaran jika ketika
“omongan”,penilaian, ungkapan, evaluasi, dan pengukuran tidak didasarkan pada
fakta atau realitas yang secara material ada. Orang bisa berbeda (relatif)
dalam menilai jarak antara Bali dan Jakarta. Si A akan mengatakan “jauh,dong!’
Si B dapat mengatakan, “Ah, nggak jauh amat. Satu kedipan aja sampai.” Coba
kamu waktu berangkat naik mobil tidur, terus kamu bangun pagi, kamu sudah
sampai Jakarta”. Keduanyan mempunyai pengalaman yang berbeda .
Hal lain yang
harus dicatat bahwa masyarakat kita selalu tidak fokus dalam menceritakan
segala sesuatu. Untuk ukuran penilaian orang terhadap suatu fakta yang konkret,
misalnya jarak (yang secara material adalah panjangnya bentangan antara dua
tempata atau benda yang di ukur), biasa berbeda-beda tetapi kebenaran sendiri
tentang jarak itu sendiri secara objektif ( ada,material, dan
bisa di ukur) tetaplah tidak relatif.
Kebenaran
itu objektif, ada, riil, dapat di ukur dengan cara yang benar, bukannya
relatif. Perasaan bahwa segala sesuatu itu relatif lahir dari cara berpikir
gampangan yang lebih mementingkan kehehndak subjektif dan individual .
Banyak orang
yang menganggap bahwa bencana dan penderitaan kemiskinan dan penindasan bukan
karena sebab-sebab konkret, melainkan karena sebab lain, takdir Tuhan dan
sebab-sebab lainnya yang berada di luar dialektika material.
Kebenaran
menunjukkan bahwa makna suatu pernyataan-artinya prooposinya sungguh-sungguh
merupakan halnya. Bila proposinya tidak merupakan halnya, maka kita mengatakan
bahwa proposisi itu sesat.
B. Rumusan
Masalah
1.
Pengertian Teori Kebenaran
2.
Bagaimanakah Ukuran Kebenaran
3.
Apa Saja Macam-Macam Teori
Kebenaran
4.
Jenis-Jenis Kebenaran
C. Tujuan
Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
teori kebenaran
2. Memahami Bagaimana Ukuran Kebenaran
3. Mengetahui Macam-Macam Teori Kebenaran
4. Mengetahui Jenis-jenis Teori Kebenaran
.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebenaran
Kebenaran
(truth) memiliki berbagai macam makna, misalnya keadaan ketika terjadi
kesesuain dengan fakta khusus atau realitas, atau keadaan yang sesuai dengan
hal-hal yang nyata, kejadian-kejadian nyata, atau aktualitas. Kebenaran juga
berarti suatu hal cocok dengan aslinya atau sesuai dengan ukuran-ukuran yang
ideal.
Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia (oleh Purwadarminta), ditemukan beberapa arti
tentang kebenaran, yaitu (1) keadaan yang benar (cocok dengan hal atau keadaan
sesungguhnya); (2) sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul demikian
halnya); (3) kejujuran, ketulusan hati; (4) selalu izin, perkenaan; dan (5)
jalan kebetulan.
Plato
pernah mempertanyakan apakah kebenaran itu sebenarnya? Dalam waktu belakangan
yang cukup lama Bradley seakan menjawab bahwa kebenaran itu adalah kenyataan.
Jadi untuk membuktikan bahwa hari benar-benar hujan, kita harus membedakan
dengan melihat kenyataan yang terjadi di luar rumah.
Tetapi
kenyataan yang terjadi sekarang tidak seluruhnya berupa kebenaran, bahkan yang tidak
seharusnya terjadi akhirnya terjadi juga karena das solen tidak sama dengan das
sein. Di muka bumi ini berapa banyak kita melihat ketidak benaran, seperti
berbagai penindasan, penjajahan dan rekayasa.
Seorang
murid Plato bernama aristoteles, menjawab pertnyaan suhunya ini dengan pendapat
abahwa kebenaran itu subjektif sifatnya, artinya kebenaran bagi seorang adalah
tidak benar bagi yang lain, sehingga kemudian lahirlah kebenaran relatif dan
kebenaran mutlak
Sekarang
agar penelitian cenderung lebih objektif, maka seseoranng peneliti bertanya
kepada seorang responden yang berpendapat subjektif, perlu ditanyakan kepada
beberapa responden lain yang memenuhi
syarat agar valid (dalam Islam disebut dengan Shahih ) itu pun harus diuji
kebenarannya, bahkan terkadang dalam kurun waktu tertentu kebenran itu berubah
sesuai corak berpikir manusia (paradigma) .
Banyak
pakar ilmu filsafat yang menganggap benar bahwa pengetahuan itu terdiri atas
sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Akal
2. Pengetahuan
Budi
3. Pengetahuan
Indrawi
4. Pengetahuan
Kepercayaan (otoritatif)
5. Pengetahuan
Intutif
Menurut
penulis yang benar adalah pengetahuan akal itu disebut ilmu yang kemudian untuk
membahasnya disebut logika, pengetahuan budi itu disebut moral yang kemudian
untuk membahasnya disebut etika, pengetahuan indrawi itu disebut seni yang
untuk membahasnya disebut estetika. Sedangkan pengetahuan kepercayaan itu
disebut agama tetapi dalam hal ini tidak
boleh otoritatif karena agama ini tidak memaksa, agama harus diterima secara
logika, etika dan estetika adalah Islam, oleh karena itu pengetahuan intuitif
kepada seseorang yang kemudian disebut nabi harus diuji dahulu seperti halnya
keberadaan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana penulis lakukan bertahun-tahun dalam
keadaan atheis dan kemudian baru menerimanya.
2.2 Ukuran Kebenaran
Berpikir merupakan suatu kegiatan
untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang dimaksud benar bagi seseorang
belum tentu benar bagi orang lain. Karena itu, kegiatan berpikir adalah usaha
untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu atau kriteria kebenaran. Pada
setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan
watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya
tidak sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Alam fisik pun memiliki
perbedaan ukuran kebenarn bagi setiap jenis dan bidang pengetahuan.
Ukuran
kebenaran sesungguhnya tergantung pada apakah sebenarnya yang diberikan pada
kita oleh metode-metode untuk memperoleh pengetahuan jika apa yang dapat kita ketahui ialah ide-ide kita, maka
pengetahuan hanya dapat terdiri dari ide-ide yang dihubungkan secara tepat dan
kebenaran merupakan keadaan saling berhubungan (coherence) diantara ide-ide
tersebut atau keadaan saling berhubungan diantara proposisi-proposisi.
2.3 Macam-macam Teori Kebenaran
1. Teori
Kebenaran Korespondensi
Teori pertama adalah teori korespondensi, tehe
correspondence theory of truth yang kadang disebut the accordance theory
of truth. Menurut teori ini, kebenaran atau keasaan benar itu apabila ada kesesuainan
(correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau
pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyataan atau pendapat tersebut.[1]Dengan
demikian, kebenaran epistemologis adalah kemanunggalan antara subjek dengan
objek. Teori korespondensi ini pada umumnya dianut oleh para pengikut realisme.
Diantara pelopor teori ini adalah Plato, Aristoteles, Moore, Russel, Ramsey,
dan Tarsky.[2]
Teori ini dikembangkan oleh Bertrand Russel (1872-1970).[3]
Kita
mengenal dua hal, pernyataan dan kenyataan. Menurut teori ini, kebenaran adalah
kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu
sendiri. Contohnya: “Jakarta adalah ibu kota
Republik Indonesia”. Pernyataan tersebut benar karena kenyataannya Jakarta
memang ibu kota Repulik Indonesia. Kebenarannya terletak pada hubungan antara
pernyataan dan kenyataan.
Dalam dunia sains, teori ini sangat penting sekali
digunakan guna mencapai suatu kebenaran yang dapat diterima oleh semua orang.
Seorang ilmuwan akan selalu berusaha meneliti kebenaran yang melekat pada
sesuatu secara sungguh-sungguh, sehingga apa yang dilihatnya itu benar-benar
nyata terjadi, bukan hanya pandangan semu belaka. Penelitian sangat penting
dalam teori korespondensi karena untuk mengecek kebenaran suatu teori perlu
dilakukan penelitian ulang.
2. Teori
Kebenaran Koherensi
Teori koherensi atau konsistensi, the consistence
theory of truth, sering pula dinamakan the coherence theory of truth.
Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan
(judgement) dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta dan realitas, tetapi atas
hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain, kebenaran
ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru itu dengan putusan-putusan
lainnya yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu.[4]
Menurut teori ini, putusan satu dengan yang lainnya
saling berhubungan dan saling menerangkan satu sama lain. Karenanya lahirlah
rumusan: Truth is a systematic coherence (kebenaran adalah hubungan yang
sistematik) dan Truth is consistency (kebenaran adalah konsistensi dan
kecocokan). Teori konsistensi atau koherensi ini berkembang pada abad ke-19
dibawah pengaruh Hegel dan diikuti oleh pengikut madzhab idealisme. Seperti filsuf
Britania F.M. Bradley (1864-1924).[5]
3. Teori
Kebenaran Pragmatis
Pragmatis berasal dari bahasa Yunani pragma,
artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan, sebutan bagi
filsafat yang dikembangkan oleh William James di Amerika Serikat. Menurut
filsafat ini, benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata
bergantung pada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar apabila mendatangkan
manfaat dan dikatakan salah apabila tidak mendatangkan manfaat. Istilah
pragmatisme sendiri diangkat dalam sebuah makalah yang dimunculkan pada tahun
1878 dengan tema how to make our ideas clear yang kemudian
dikembangkannya oleh beberapa ahli filsafat Amerika. Di antara tokohnya yang
lain adalah John Dewey (1859-1952).
Menurut teori pragmatisme, suatu kebenaran dan suatu
pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat
fungsional dalam kehidupan manusia. Contohnya adalah pandangan
penganut pragmatisme tentang Tuhan. Bagi pragmatisme, suatu agama itu bukan
benar karena Tuhan yang disembah oleh penganut agama itu sungguh-sungguh ada,
tetapi agama itu dianggap benar karena pengaruhnya yang positif atas kehidupan
manusia; berkat kepercayaan orang akan Tuhan maka kehidupan masyarakat berlaku
secara tertib dan jiwanya semakin tenang.
4.
Teori
Kebenaran Sintaksis
Kebenaran sintaksis
adalah kebenenaran yang berangkat dari tata bahasa yang melekat. Karena teori
ini dipengaruhi pula oleh kejiwaan dan ekspresi, maka ada kemungkinan mereka
yang menerimanya yang juga mempunyai keterkaitan jiwa akan terpengaruh, apalagi
susunan tata bahasa yang bernuansa rasa. Misalnya pernyataan, “Saya makan nasi” akan berbeda bila ditulis dan
ditekankan bacaannya (intonasi) ketika “Saya, makan nasi” atau “Saya makan,
nasi” atau “Saya makan nasi!” atau “Saya makan nasi?” yaitu pada subjek,
predikat, dan objek. Kebenaran seperti ini juga mirip dengan kebenaran semantis
yang berbicara tentang makna bahasa.
5. Teori
Kebenaran Non Deskripsi
6. Teori
Kebenaran Logika yang Berlebihan
Kebenaran logika yang berlebihan adalah kebenaran yang
sebenarnya merupakan fakta. Jadi akan menjadi pemborosan dalam pembuktiannya,
misalnya sebuah lingkaran harus berbentuk bulat. Para ahli agama menganggapnya
dengan dalil aksioma yang tidak perlu dibuktikan, tetapi sebenarnya pembuktian
yang berangkat dari keraguan untuk menjadi keyakinan itu perlu dalam mencapai
titik temu agama dan ilmu. Misalnya apakah Allah
itu Tuhan? Apakah Muhammad itu nabi? Apakah Yesus itu juru selamat? Apakah
Kresna itu Awatara? Apakah Sidharta Gautama itu Budha? Dan lain sebagainya.
7. Teori
Kebenaran Performatif
8. Teori
Kebenaran Paradigmatik
Kebenaran paradigmatik adalah kebenaran yang berubah pada
berbagai ruang dan waktu, jadi setelah kurun waktu tertentu berubah (untuk
ketagori waktu) dan pada tempat tertentu berubah (untuk ketagori ruang). Thomas
Kuhn adalah orang yang mempercayai kebenaran seperti ini. Contohnya dapat dilihat ketika pendapat yang mengatakan
bumi mengelilingi matahari, merubah pendapat dahulu yang mengatakan matahari
mengelilingi bumi. Dalam perubahan ilmu-ilmu sosial perubahan ini sangat
mencolok sehingga keberadaan suatu disiplin ilmu, memerlukan paradigma untuk
melacaknya.
9. Teori
Kebenaran Proposisi
10. Agama sebagai teori kebenaran
Manusia adalah
makhluk pencari kebenaran. Salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama. Agama dengan
karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang
dipetanyakan manusia, baik tentang alam, manusia, maupun tentang Tuhan. Dalam
agama yang lebih dikedepankan adalah wahyu yang bersumber dari Tuhan. [6]
Suatu
hal dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai
penentu kebenaran mutlak. Kebenaran menurut agama inilah yang dianggap oleh
kaum sufi sebagai kebenaran yang mutlak, yaitu kebenaran yang sudah tidak bisa
diganggu gugat lagi.
2.4
Jenis-jenis Kebenaran
1.
Kebenaran Epistemologis
Kebenaran
epistemologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan
manusia, yang berkaitan antar subjek dan objek (kenyataan).
2.
Kebenaran Ontologis
Kebenaran
ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat
pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan.
3.
Kebenaran Semantis
BAB
3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan Bab II dapat kami simpulkan bahwa kebenaran itu mempunyai arti yang
sangat luas yaitu memang benar adanya. Kebenaran ini mempunyai banyak teori
kebenaran yaitu korespondensi, kohorensi, prakmatik, dan lain sebagainya. Dan
mempunyai jenis-jenis kebenaran juga diantaranya epistimologis, ontologism,
semantis.
Daftar Pustaka
O, Louis Kattsoff.2004.Pengantar Filsafat.Yogyakarta:Tiara
Wacana Yogya
Soyomukti, Nurani.2011.Pengantar Filsafat Umum.Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media
In’am,Muhammad
Esha.2010.Menuju Pemikiran Filsafat.Malang:Uin
Maliki Press
0 comments:
Post a Comment