Friday, June 26, 2015

Menyusun Karya Ilmiyah




.   PENGANTAR
1.1.  MENGENAL KARYA ILMIAH
            Karya ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya. Suatu karangan dari hasil penelitian, pengamatan, ataupun peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut:
1.    Menulisnya berdasarikan hasil penelitian:
2.    Pembahasan masalahnya objektif sesuai dengan fakta:
3.    Karangan itu mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya;
4.    Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode
      tertentu;
5.   Bahasa harus lengkap, terperinci, teratur, dan cermat;
6.   Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas,dan tepat sehingga
      tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir.  
            Melihat pernyataan di atas, seorang penulis karangan ilmiah hendaklah memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam bidang:
1.    Masalah yang diteliti,
2.    Metode penelitian,
3.    Teknik menulis karangan ilmiah,
4.    Penguasaan bahasa yan baik.
Karangan ilmiah dapat dibedakan berdasarkan tujuan menulisnya:
  1. Makalah
Makalah ditulis untuk disampaikan kepada kelompok tertentu dalam suatu pertemuan ilmiah, misalnya dalam seminar, simposium, lokakarya, konferensi atau kongres. Di samping itu makalah dapat juga ditulis untuk melengkapi tugas-tugas pada mata kuliah tertentu.
  1. Artikel
Artikel ditulis untuk pembaca tertentu, umpamanya untuk dimuat dalam majalah ilmiah. Jika artikel ini ditujukan untuk orang awam, biasanya penyajiannya secara populer dan dimuat pada surat kabar atau dalam majalah umum.
  1. Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Ketiga jenis karangan ilmiah ini ditulis untuk memperoleh pengakuan tingkat kesarjanaan dalam suau perguruan tinggi. Skripsi ini di tulis untuk memperoleh gelar sarjana (S1), tesis untuk memperoleh gelar master (S2), dan disertai untuk memperoleh gelar doktor (S3). Istilah skripsi sering disebut istilah lain yaitu tugas akhir.  
  1. Laporan Ilmiah
Dalam dunia perusahaan dan instansi pemerintah, kegiatan menulis laporan memegang peranan penting karena tindakan selanjutnya diambil berdasarkan laporan yang diterima. Laporan itu ada yang ditulis dalam jangka waktu tertentu yang disebut laporan periodek, dan ada juga yang ditulis berdasarkan kebutuhan dan permintaan. Laporan ilmiah biasanya ditulis oleh staf ahli.
       Menulis karya ilmiah harus menggunakan bahasa ragam resmi, sederhana, dan lugas, serta selalu digunakan untuk mengacu hal yang dibicarakan secara objektif. Bahan dalam karangan disebut ilmiah apabila lafal, kosa kata, peristilahan, tata kalimat, dan ejaan mengikuti bahasa yang telah ditetapkan sebagai pola atau acuan bagi komunikasi.resmi, baik tertulis maupun lisan.
       Dalam ragam bahasa tulis masih banyak siswa, mahasiswa, wartawan dan praktisi yang kurang memahami kaidah-kaidah ragam menulis ilmiah, sehingga sering menghambat kesuksesan studi mereka. Apalagi dalam penerjemahan bahasa asing dan pembentukan istilah, kesalahan-kesalahan klasik sangat banyak dijumpai. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan mereka tentang teknik menulis ilmiah. Oleh karena itu, buku ini hadir sebagai alat bantu bagi anda untuk menulis dengan baik, benar dan komunikatif.
1.2.  MENULIS  SKRIPSI
      Baik Skripsi maupun Tesis digunakan sebagai bukti kemampuan akademik dalam penelitian pengembangan ilmu pada suatu disiplin ilmu. Maka, setelah melalui tahapan-tahapan sejak awal, mulai dari penentuan masalah, pengumpulan data, pemilihan alat analisis, pengelolaan data, analisis hasil pengolahan, interprestasi hasil analisis sampai kepada pembuatan kesimpulan dan saran kesemuanya didokumentasikan secara tertulis dalam bentuk skripsi atau tesis tersebut. Pada dasarnya, Skripsi/Tesis tidak jauh berbeda.
    Di sini, kami berangapan bahwa anda sedang mempersiapkan diri untuk menyusun suatu skripsi atau tesis. Kami juga beranggapan bahwa anda telah membaca cukup banyak sumber bacaan yang meyakinkan dan telah membuat catatan-catatan penting dari hasil pembacaan tersebut. Mungkin sebagian dari anda telah memiliki garis-garis besar dari rencana riset yang telah disetujui fakultas atau pembimbing. Malahan mungkin sedang menjalankan risetnya mondar-mandir dari lapangan ke fakultas dan konsultasi atau pembimbingnya. Dan kini bisa saja anda telah menyelesaikan pekerjaan riset tersebut. Tinggal lagi menyusun semua hasil pekerjaan itu menjadi skripsi atau tesis yang nanti akan diajukan kepada fakultas untuk dipertahankan. Dalam proses penyusunan ini, anda masih akan mondar-mandir untuk bertemu dengan pembimbing, juga harus lebih sering berkonsultasi daripada periode-periode sebelumnya.
     Ada saran yan baik untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pembimbing. Pertama, fakultas berangapan bahwasannya, anda dalam hal penyusunan skripsi atau tesisnya belum mampu sepenuhnya untuk menyelesaikan pekerjaanya tanpa bantuan atau pembimbing. Kedua, atas dasar anggapan tersebut fakultas memberi tugas kepada seorang dosen atau lebih untuk memberikan bantuan atau bimbingan itu. Ketiga, bantuan atau bimbingan dimaksudkan antara lain untuk meningkatkan mutu karyanya sesuai dengan standar yang dituntut. Keempat, sebagai akibatnya tidak mustahil seorang pembimbing akan kelihatan sangat kritis terhadap rencana-rencana yang diajukan olenya dan meminta waktu yang lebih banyak untuk membaca dan berdiskusi.  
      Dalam menghadapi kemungkinan semacam itu perlu disarankan agar anda pertama-tama memahami bahwa semuanya itu adalah salah satu proses pendidikan dan perkembangan untuk ada sendiri. Kritikan-kritikan dan petunjuk-petunjuk dari pembimbing hendaknya diterima sebagai dorongan untuk mencapai suatu tingkat perkembangan yang lebih sempurna. Lebih dari itu harus menunjukan bahwa ia menyambut dengan tulis dan ikhlas semua kritik dan petunjuk itu dengan jalan segera, tanpa tertunda-tunda, menyelesaikan apa yang disarankan dan ditunjukan. Apabila mahasiswa telah mempersiapkan diri menghadapi dan ke arah itu, pastilah ia dapat menyelesaikan penyusunan skripsi atau tesisnya jauh lebih cepat dan lebih baik.  
1.3.  FORMAT PENULISAN ILMIAH
     Format penulisan ilmiah yang dapat diterima dan dipakai secara umum sangat diperlukan adalah dalam rangka mempublikasikan hasil-hasil riset agar bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan perbaikan kehidupan umat manusia.
Agar terjadi komunikasi yang efektif-efisien diperlukan suatu tata-tulis ilmiah yang dapat dipahami dan disambut baik oleh berbagi pihak. Salah satu dari teknik komunikasi semacam itu adalah Laporan hasil Penelitian, yang dituliskan menurut aturan-aturan.
     Hasil riset, baik untuk keperluan penyusunan paper, skripsi atau tesis, maupun untuk disertai akan diajukan kepada suatu panitia atau dewan yang akan menilai hasil karya tersebut. Biasanya panitia atau dewan ini menuntut agar penyajian hasil penelitian atau riset ditulis menurut tata cara formal. Maka, apabila penulisan hasil penelitian telah memenuhi tata cara yang dimaksud, hal itu akan meniadakan salah satu kesulitan yang mungkin dihadapi oleh penulisnya, dan akan menggampangkan panitia atau dewan dalam memberikan penilaian kepada karya-karya yang dilaporkan. Oleh sebab itu, ketika anda sudah mengajukan proposal, maka jurusan anda akan memberikan seorang atau dua orang dosen pembimbing tempat anda berkonsultasi. 
    Apabila suatu tulisan ilmiah hendak dipublikasikan, penulisannya yang telah menurut tata tulis ilmiah akan melancarkan penerbitnnya. Dapat dipahami jika da naskah hasil riset dikembalikan oleh suatu penerbitannya. Dapat dipahami jika ada naskah hasil riset dikembalikan oleh suatu penerbit disebabkan oleh karena tidak adanya suatu sistem penulisan yang dipakai dalam manuskrip tersebut.
    Dalam hal ini, suatu kebetulan bahwa kami adalah juga Dosen dan Kepala Editor di suatu penerbitan atas karya-karya ilmiah dari perguruan tinggi se-indonesia. Persoalan mendasar bagi kami adalah banyak tulisan ilmiah yang sebenarnya sangat bagus, tetapi tidak memperhatikan kaidah dengan baik. Artinya belum layak terbit dan kedua layak jual kepada publik.
1.4.  KESULITAN UMUM DALAM MENULIS SKRIPSI
     Banyak mahasiswa tingkat akhir yang mengalami kesulitan bagaimana harus menulis tulisan ilmiahnya dalam bentuk skripsi atau tesis. Kesulitan yang sering dihadapinya di antaranya:
  • Menemukan dan merumuskan masalah
  • Mencari judul yang efektif
  • Sistematika Proposal
  • Sistematika Skripsi/Tesis
  • Kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan,
  • Kesulitan metode penelitian dan analisis
  • Kesulitan menuangkan ide ke dalam bahasa ilmiah
  • Kesulitan dengan standar tata tulis ilmiah,
  • Atau takut menemui dosen pembimbing.
  • Dana dan waktu yang terbatas, dll.
      Kesulitan-kesulitan tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan stress, rendah diri, frustasi, kehilangan motivasi, menunda penyusunan skripsi dan bahkan ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsi atau tesisnya. Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi mahasiswa yang bersangkutan mengingat bahwa skripsi atau tesis merupakan tahap yang paling menentukan dalam mencapai gelar akademik. Selain itu, usaha dan kerja keras yang telah dilakukan bertahun-tahun sebelumnya menjadi sia-sia jika mahasiswa gagal menyelesaikan skripsi atau tesis.
            Pada umumnya lembaga-lembaga perguruan tinggi, lembaga-lembaga riset dan pernerbit-penerbit tulisan ilmiah, telah menetapkan pedoman-pedoman mangenai penulisan tulisan ilmiah yan mereka harap dapat diikuti dengan seksama oleh semuah pihak yang bekerja dalam dan untuk lembaga-lembaga itu. Sebaliknya pedoman-pedoman itu dapat diikuti dengan tertip untuk menghindari kesulitan-kesulitan karena suatu karya ditolak atau minta diperbaiki semata-mata tidak mengikuti pedoman-pedoma itu.
1.5.  CONTOH  KARYA  ILMIAH
PROSES PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA[1]

Pengantar

Ibaratnya sistem komputer, kurikulum adalah “sistem operasi” (operating system) dari suatu sistem pendidikan. Sebagaimana suatu sistem komputer yang bekerja di atas “platform” (landasan kerja) sistem operasi-nya, maka suatu sistem pendidikan bekerja berdasarkan kurikulum yang ditetapkan untuknya. Kurikulum adalah perangkat-lunak (software) utama bekerjanya sistem pendidikan, sebagaimana sistem operasi bekerja untuk komputer. Sebagaimana sistem operasi komputer yang senantiasa diubah-ubah dan di-revisi setiap saat, demikian juga kurikulum suatu sistem pendidikan, senantiasa di-utak-atik dan di-revisi. Kebanyakan para pelaku sistem pendidikan menginginkan kurikulum yang bertahan tetap tidak berubah selama sedikitnya 5 (lima) tahun, tapi sering sekali terjadi, begitu kurikulum itu ditulis dan dibukukan, kemudian diperbanyak dan di-distribusi-kan, saat itu pula diperlukan revisi dan perbaikan. Seperti hal-nya sistem operasi komputer yang sering di-revisi, maka kurikulum pun perlu diberi nama seperti sistem operasi komputer, misalnya dengan menggunakan tahun disusunnya: “Kurikulum 1995 revisi 1997”, atau “Kurikulum 2000 Release 2.1/2003”, dan seterusnya.
Kurikulum sistem pendidikan teknik umumnya disusun dengan orientasi kerja, khususnya kerja di industri, baik industri jasa mau pun manufaktur. Sebagaimana diketahui, dunia kerja berubah-ubah dengan cepatnya, apalagi pada era global yang cenderung untuk menganut sistem perdagangan bebas. Harapannya, alumni suatu sistem pendidikan tinggi teknik akan mampu bekerja di mana pun di muka bumi ini tanpa kendala kompetensi, bersaing secara bebas dengan rekan-rekannya alumni dari sistem pendidikan sejenis. Pada saat ini, misalnya, ada alumni Jurusan Teknik Elektro UNHAS yang bekerja di Amerika Serikat, Negeri Belanda, Australia, Jerman, Jepang, dan masih banyak negara lain lagi. Di sisi lain, tidak lama lagi, tentu di Makassar sendiri, alumni kita harus bersaing ketat dengan ex-patriat, tenaga kerja asing dari sistem pendidikan sejenis yang melamar untuk bekerja di sini.
Dalam dunia yang berubah serba-cepat ini, kurikulum pendidikan tinggi pun diharapkan dapat secara fleksible berubah mengikuti perkembangan dan perubahan, di sisi lain juga diharapkan dapat di-operasi-kan dengan cepat menghasilkan lulusan yang kompeten pada masanya di dunia kerja.   

 

Sasaran Perilaku

Dasar utama penyusunan kurikulum adalah sasaran perilaku (behavioral obejective) yang dituju, di samping berbagai standar yang sudah berlaku umum. Misalnya, kurikulum Program Studi Teknik Elektro di mana pun di dunia pasti meliputi matakuliah-matakuliah Fisika, Matematika, Kalkulus, Rangkaian Listrik, Teori Medan, Pengukuran Listrik, Ilmu Bahan, Rangkaian Logika, dan matakuliah-matakuliah dasar untuk mempelajari sistem tenaga listrik, sistem telekomunikasi, sistem elektronika, sistem kendali dan sistem komputer. Materi yang diberikan pun sudah standar kedalamannya, bahkan buku-buku ajar (textbook) yang digunakan umumnya sama saja. Sasaran perilaku digunakan sebagai acuan untuk menambahkan kepada yang sudah menjadi standar umum tadi.
Sasaran perilaku adalah jawaban atas pertanyaan: seperti apa alumni yang akan dihasilkan dari sistem pendidikan ini? Jawaban atas pertanyaan ini bisa bersifat umum, seperti misalnya[2]:
Sarjana Teknik yang “memiliki kemampuan bekerja atau meneruskan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi setelah menyelesaikan pendidikan sarjana”
 
 
Atau bersifat sangat spesifik, seperti misalnya[3]:
Sarjana Teknik yang “menguasai pemakaian paket-paket perangkat-lunak komputer (misalnya MATLAB, PROTEL, ORCAD, Electronic Workbench [EWB], SPICE dan lain-lain) untuk pemodelan dan simulasi masalah-masalah Teknik Elektro khususnya dan masalah rekayasa pada umumnya”.

 
 
Bagaimana pun bentuk sasaran perilaku, apakah bersifat umum atau pun bersifat sangat spesifik, yang penting pokok-pokok sasaran perilaku itu dapat di-ejawantah-kan dan di-realisasikan dalam proses belajar-mengajar di Program Studi. Harus diingat bahwa kurikulum yang bagaimana pun baiknya di atas kertas, hanya merupakan sebagian kecil dari faktor-faktor yang menentukan kualitas lulusan. Sebagian besar faktor yang menentukan kualitas lulusan adalah proses belajar-mengajar atau proses pembelajaran. Tapi, walau pun pengaruh-nya kecil, kurikulum harus ada dan harus disusun dengan sebaik-baiknya. Pengaruh kurikulum terhadap kualitas lulusan serupa dengan pengaruh angka “1” pada angka “1.000.000”, jika boleh diibaratkan demikian.
Seyogyanya sasaran perilaku ditetapkan dari yang bersifat umum sampai yang bersifat spesifik, misalnya:
·         Sasaran Perilaku Umum
·         SARJANA (ditetapkan pada tingkat Perguruan Tinggi)
·         SARJANA TEKNIK (ditetapkan pada tingkat Fakultas)
·         SARJANA TEKNIK ELEKTRO (ditetapkan pada tingkat Program Studi atau Jurusan)
  • Sasaran Perilaku Khusus (ditetapkan pada tingkat Program Studi atau Konsrentrasi/Sun-Program Stdi)
·          
    • SARJANA TEKNIK ELEKTRO Bidang TEKNIK ENERGI
    • SARJANA TEKNIK ELEKTRO Bidang TEKNIK TELEKOMUNIKASI
    • SARJANA TEKNIK ELEKTRO Bidang TEKNIK KOMPUTER, KENDALI DAN  ELEKTRONIKA
    •  
 
 

Berdasarkan penjabaran dari sasaran-sasaran perilaku inilah kemudian disusun semacam “kerangka dasar” kurikulum atau sering disebut “pohon” kurikulum, yang diharapkan kelak akan menghasilkan “buah” (=alumni) yang diinginkan spesifikasi kompetensi-nya. Setiap matakuliah – atau proses pembelajaran lainnya - yang dicantumkan dalam kurikulum mestinya jelas muara-nya nanti akan menghasilkan “buah” seperti apa.

Proses Pendidikan Teknik

Pendidikan Teknik sering dibedakan dari pendidikan lainnya karena menghasilkan lulusan yang mampu “menyelesaikan masalah” (to solve problems) sebagai tuntutan profesionalnya:
A typical response of engineers, for example, is to announce that they are merely problem solvers. ”Tell us the problem”, they demand. “We will find a solution. That’s our job.”[4]
Seorang lulusan pendidikan ilmu sosial, misalnya, dianggap sudah memenuhi tuntutan profesional-nya jika mampu menjadi pengamat jeli dari masalah-masalah sosial, tanpa ada kewajiban menyelesaikan masalah-masalah itu. Bahkan seorang dokter sudah dianggap menyelesaikan kewajiban profesional-nya terlepas apakah pasiennya itu sembuh, tetap sakit atau bahkan meninggal dunia. Seorang teknisi tidak akan pernah dibayar kalau tidak menyelesaikan suatu pekerjaan teknis sampai tuntas. Oleh karena itu, suatu sistem pendidikan teknik seyogyanya dapat membekali lulusannya dengan kemampuan untuk mem-formulasi-kan masalah sampai menghasilkan suatu solusi. Susunan kurikulum di suatu sistem pendidikan teknik dengan sendirinya sebaiknya me-representasikan proses penyelesaian masalah sebagaimana terlihat pada Gambar 1 berikut ini.
 
  
 
Dari Gambar 1 dapat dengan jelas bagaimana “siklus” dari masalah ke solusi, kemudian menimbulkan masalah baru, yang merupakan pencerminan dari “kesehari-harian” aktivitas dunia keteknikan (engineering, “rekayasa”, “enjiniring”). Proses menghasilkan solusi dari masalah dimulai dengan perumusan masalah itu sendiri, yang dsebut pemodelan. Orang bijak mengatakan bahwa ketika suatu masalah berhasil dirumuskan, maka sebagian solusi sebenarnya sudah ada di tangan, karena proses selanjutnya umumnya sudah di-baku-kan selama ratusan tahun oleh para engineers dari sejak jaman dahulu kala. Bersamaan dengan pemodelan, perumusan masalah juga dapat ditunjang dengan simulasi, yang dapat diartikan sebagai membuat “tiruan fungsional” dari masalah yang ditangani. Proses baku berikutnya adalah proses desain (perancangan) dan analisis. Umumnya kedua proses inilah yang dipelajari di kelas dan di laboratorium dalam program pendidikan teknik, dituliskan dalam berbagai bahan ajar, buku ajar, journal-journal ilmiah, di-seminar-kan dalam berbagai simposium dan konferensi, serta dilaporkan dalam berbagai laporan hasil penelitian dan kajian akademik. Dengan memanfaatkan kedua proses baku ini, akan dihasilkan pra-solusi, yang disebut sebagai “prototype”. Prototype adalah solusi sementara yang dihasilkan dari berbagai pertimbangan teknis hasil analisis dan desain. Faktor-faktor non-teknis (umumnya faktor ekonomis dan estetika, tapi bisa juga faktor-faktor lain) dipertimbangkan dalam proses optimisasi, sehingga dihasilkan solusi yang diinginkan. Dari sini baru persoalan berputar ke siklus berikutnya, karena umumnya suatu solusi pasti menimbulkan masalah baru.
Satu-satunya matakuliah dalam kurikulum pendidikan teknik yang lengkap meliputi semua proses dari perumusan masalah, pemodelan, simulasi, desain, analisis, protyping dan optimisasi adalah Skripsi (Tugas Akhir), atau setidak-tidaknya idealnya diharapkan seperti itu, walau pun dalam prakteknya tentu tidak selalu harus demikian. Matakuliah lain hanya menekankan satu atau beberapa aspek saja dari semua proses itu, misalnya ada matakuliah yang menekankan pada pemodelan dan simulasi saja, atau analisis dengan sedikit desain, atau sepenuhnya merupakan matakuliah perancangan (desain) saja, dan seterusnya. 

Proses Pembelajaran

Selain masalah sasaran perilaku dan alur-pikir yang mendasari proses aktivitas keteknikan maka aspek proses pembelajaran merupakan suatu hal penting yang patut diperhatikan dalam penyusunan kurikulum, sebab dalam proses pembelajaran-lah suatu kurikulum yang sudah disusun di atas kertas pada akhirnya akan di-operasional-kan. Bisa saja kurikulum yang sudah tersusun dengan sangat baik, lantas pada prakteknya tidak jalan karena tidak didukung oleh proses pembelajaran yang baik.
Pada dasarnya hanya ada 2 (dua) kategori proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran di kelas (classroom courses) melalui tatap-muka yang dijadwalkan secara reguler dalam semester-semester, dan proses pembelajaran non-kelas (non-classroom courses), yang tidak terjadwal secara reguler, misalnya matakuliah Seminar, Kerja Praktek, Praktikum, Skripsi, Praktek Lapang, Kuliah Kerja Nyata, dan lain-lain.
Proses pembelajaran di kelas melalui kegiatan tatap-muka mau pun proses pembelajaran non-kelas dapat di-format dalam berbagai macam bentuknya, misalnya saja untuk menyebut beberapa contoh:


MASTER-APPRENTICE
STUDY CIRCLE (TUTOR-NOVICE)
TALK and CHALK
SPEECH
PRESENTATION
DRILL (PRACTICE, TEST, EXAM)
 
 

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa mengajar itu merupakan “ketrampilan” yang dimiliki oleh para pengajar karena ditunjang oleh berbagai hal yang ada padanya, seperti misalnya:


Talent (BAKAT)
Knowledge (PENGETAHUAN)
Experience (PENGALAMAN)
Style (GAYA)
Technique (TEKNIK)
Methodology (CARA)
Means (SARANA)
Tools (PERKAKAS)
 
 

Jika penunjang ketrampilan mengajar itu masih juga dirasa ada yang kurang, maka bisa dimanfaatkan pula tersedianya berbagai produk teknologi pengajaran (instructional technology) sebagai alat bantu pengajaran (teaching aid).
Proses pembelajaran sangat bergantung pada ketersediaan sumber-daya, baik sumber daya manusia (dosen, asisten, staf administrasi, pengelola) mau pun sumber-daya sarana prasarana (laboratorium, alat bantu pengajaran, kelas, perpustakaan, dan lain-lain). Oleh karena itu, kurikulum juga sepatutnya disusun dengan memperhatikan ketersediaan sumber-daya ini. Memang mudah mencantumkan suatu matakuliah dalam kurikulum, tapi tidak akan semudah itu mencari tenaga pengajar-nya yang benar-benar kompeten.  Demikian juga halnya dengan materi praktikum, mengadakan peralatan laboratorium tidaklah semudah mencantumkan judul percobaan dalam daftar materi praktikum, lebih-lebih lagi mencari asisten yang akan menjalankan materi praktikum tersebut.
Multimedia sebagai Alat Bantu Proses Pembelajaran
Dari komputer generasi pertama (ENIAC) yang dicoba di kota Philadelphia sekitar pertengahan abad yang lalu sampai entah sekarang sudah sampai ke generasi keberapa, perangkat ini selalu dekat dengan masalah-masalah engineering. Pada awalnya komputer dirancang sebagai mesin pengolah data (data-processing) yang kemudian ternyata dapat pula dimanfaatkan sebagai alat bantu pemodelan, simulasi, analisis dan desain di dunia teknik, bahkan dapat pula dimanfaatkan secara on-line sebagai bagian dari sistem kendali dan sistem antar-muka (interface) mesin-mesin dalam aplikasi di industri. Di dunia pendidikan teknik, komputer umumnya dimanfaatkan dalam berbagai matakuliah praktikum di laboratorium, serta menjadi alat bantu utama dalam berbagai kegiatan riset dan pengembangan. Computer Aided Engineering (Ilmu Rekayasa dengan Bantuan Komputer) menjadi kebutuhan dasar dalam dunia pendidikan teknik. Komputer menjadi alternatif yang lebih ekonomis dari berbagai peralatan laboratorium yang terlalu mahal untuk dimanfaatkan dalam penyelenggaraan praktikum.
Untuk penyelenggaraan perkuliahan di kelas, terutama ketika sumber daya dosen masih sangat kekurangan, baik dari segi kuantitas mau pun kualitas-nya, maka pemanfaatan komputer dengan fitur multimedia-nya menjadi sangat membantu. Dosen dapat menyusun materi kuliahnya dalam bentuk presentasi (dari yang sederhana menggunakan paket program Power Point dari MS-Office, sampai ke yang lebih canggih seperti program Macromedia) sehingga bisa lebih menarik dan tidak membosankan. Presentasi ini juga dapat dibuat interaktif sehingga dapat digunakan untuk belajar mandiri bagi mahasiswa ketika dosennya tidak hadir. Interaktivitas dengan mahasiswa juga dpat dimanfaatkan untuk administrasi perkuliahan, termasuk pengolahan nilai-nilai yang menggambarkan kemajuan studi mahasiswa sehari-hari sampai ke penyelenggaraan quiz-quiz dan ujian-ujian. Tapi bukan berarti bahwa pemanfaatan multimedia ini bertujuan untuk mengganti fungsi dosen dalam mengajar, justru sebaliknya, dengan memanfaatkan multimedia maka dosen akan berfungsi jauh lebih baik dan lebih efektif dalam mengajar. Yang sudah pasti, kesempatan belajar bagi mahasiswa akan menjadi lebih luas, karena waktu dan energi yang biasanya digunakan untuk sekedar menyalin catatan dalam proses pembelajaran konvensional, misalnya, bisa dicurahkan untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Tapi, tentu saja, terutama jika tidak tepat dalam meng-implementasi-kannya, penggunaan multimedia dapat menyebabkan mahasiswa cenderung “pasif”, melaksanakan proses pembelajaran seperti menonton sinetron di televisi.       
Penutup
Secara ringkas dapatlah disimpulkan bahwa penyusunan kurikulum hendaknya memperhatikan berbagai hal, antara lain misalnya sasaran perilaku yang berorientasi pasar, proses pendidikan teknik yang menekankan kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) dan ketersediaan sumber-daya yang menunjang proses pembelajaran. Komputer adalah salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Salah satu kemampuan komputer yang bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu pengajaran adalah kemampuan multimedia-nya. Materi perkuliahan dapat disusun dengan memanfaatkan multimedia sehingga dapat dipresentasikan dengan lebih menarik, lebih effisien dari segi waktu, dan dapat digunakan untuk belajar mandiri bagi mahasiswa. Pemanfaatan multimedia dalam proses pembelajaran akan memberikan banyak keuntungan dan dampak-dampak yang positif bagi proses pembelajaran itu sendiri, walau pun tetap ada pula kekurangannya, terutama jika tidak tepat cara implementasinya.  
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, [2002], Kurikulum 2000 Program S-1 Teknik Elektro”, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar
Hsu, Jeffrey and Joseph Kusnan, [1989], “The Fifth Generation: The Future of Computer Technology”, Wincrest Books, TAB, Blue Ridge Summit, PA, USA
Jones, Malcolm J., ed..[2000], “CURRICULUM DEVELOPMENT, S1 Engineering Programs in Indonesia”, EEDP, Directorate General of Higher Education, Jakarta.
Winner, Langdon, [1977], “Autonomous Technology”, The MIT Press, Cambridge, MA, USA
Sumber :
Hariwijaya dan Triton P.B.  2007. Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis. Oryza. Yogyakarta.
Rhiza S. Sadjad. 2004.  Proses Pembelajaran Menggunakan Multimedia 


[1] Makalah untuk disampaikan pada “Workshop on the Improvement of Teaching Methods”, TPSDP Batch III, 16-17 Desember 2004, Program Studi Teknik Elektro,  Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar
[2] dikutip dari “tujuan penyelenggaraan program pendidikan Sarjana Teknik” dalam buku “Kurikulum 2000 Program S-1 Teknik Elektro”, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar, 2002, hal 7 .
[3] ibid., hal. 8
[4] Winner, Langdon, [1977], “Autonomous Technology”, The MIT Press, Cambridge, MA, hal. 11

0 comments:

Post a Comment