. PENGANTAR
1.1.
MENGENAL KARYA ILMIAH
Karya ilmiah adalah salah satu
jenis karangan yang berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai
dengan sifat keilmuannya. Suatu karangan dari hasil penelitian, pengamatan,
ataupun peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut:
1.
Menulisnya berdasarikan hasil
penelitian:
2.
Pembahasan masalahnya objektif sesuai
dengan fakta:
3.
Karangan itu mengandung masalah yang
sedang dicarikan pemecahannya;
4.
Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan
masalah digunakan metode
tertentu;
5. Bahasa harus
lengkap, terperinci, teratur, dan cermat;
6. Bahasa yang
digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas,dan tepat sehingga
tidak terbuka
kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir.
Melihat pernyataan di atas, seorang
penulis karangan ilmiah hendaklah memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam
bidang:
1.
Masalah yang diteliti,
2.
Metode penelitian,
3.
Teknik menulis karangan ilmiah,
4.
Penguasaan bahasa yan baik.
Karangan ilmiah dapat dibedakan berdasarkan tujuan
menulisnya:
- Makalah
Makalah
ditulis untuk disampaikan kepada kelompok tertentu dalam suatu pertemuan
ilmiah, misalnya dalam seminar, simposium, lokakarya, konferensi atau kongres.
Di samping itu makalah dapat juga ditulis untuk melengkapi tugas-tugas pada
mata kuliah tertentu.
- Artikel
Artikel
ditulis untuk pembaca tertentu, umpamanya untuk dimuat dalam majalah ilmiah.
Jika artikel ini ditujukan untuk orang awam, biasanya penyajiannya secara
populer dan dimuat pada surat kabar atau dalam majalah umum.
- Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Ketiga
jenis karangan ilmiah ini ditulis untuk memperoleh pengakuan tingkat
kesarjanaan dalam suau perguruan tinggi. Skripsi ini di tulis untuk memperoleh
gelar sarjana (S1), tesis untuk memperoleh gelar master (S2), dan disertai
untuk memperoleh gelar doktor (S3). Istilah skripsi sering disebut istilah lain
yaitu tugas akhir.
- Laporan Ilmiah
Dalam
dunia perusahaan dan instansi pemerintah, kegiatan menulis laporan memegang
peranan penting karena tindakan selanjutnya diambil berdasarkan laporan yang
diterima. Laporan itu ada yang ditulis dalam jangka waktu tertentu yang disebut
laporan periodek, dan ada juga yang ditulis berdasarkan kebutuhan dan
permintaan. Laporan ilmiah biasanya ditulis oleh staf ahli.
Menulis karya ilmiah harus menggunakan
bahasa ragam resmi, sederhana, dan lugas, serta selalu digunakan untuk mengacu
hal yang dibicarakan secara objektif. Bahan dalam karangan disebut ilmiah
apabila lafal, kosa kata, peristilahan, tata kalimat, dan ejaan mengikuti
bahasa yang telah ditetapkan sebagai pola atau acuan bagi komunikasi.resmi,
baik tertulis maupun lisan.
Dalam ragam bahasa tulis masih banyak
siswa, mahasiswa, wartawan dan praktisi yang kurang memahami kaidah-kaidah
ragam menulis ilmiah, sehingga sering menghambat kesuksesan studi mereka.
Apalagi dalam penerjemahan bahasa asing dan pembentukan istilah,
kesalahan-kesalahan klasik sangat banyak dijumpai. Hal ini disebabkan oleh
minimnya pengetahuan mereka tentang teknik menulis ilmiah. Oleh karena itu,
buku ini hadir sebagai alat bantu bagi anda untuk menulis dengan baik, benar
dan komunikatif.
1.2.
MENULIS SKRIPSI
Baik Skripsi maupun Tesis digunakan sebagai bukti
kemampuan akademik dalam penelitian pengembangan ilmu pada suatu disiplin ilmu.
Maka, setelah melalui tahapan-tahapan sejak awal, mulai dari penentuan masalah,
pengumpulan data, pemilihan alat analisis, pengelolaan data, analisis hasil
pengolahan, interprestasi hasil analisis sampai kepada pembuatan kesimpulan dan
saran kesemuanya didokumentasikan secara tertulis dalam bentuk skripsi atau
tesis tersebut. Pada dasarnya, Skripsi/Tesis tidak jauh berbeda.
Di sini, kami berangapan bahwa anda sedang
mempersiapkan diri untuk menyusun suatu skripsi atau tesis. Kami juga
beranggapan bahwa anda telah membaca cukup banyak sumber bacaan yang meyakinkan
dan telah membuat catatan-catatan penting dari hasil pembacaan tersebut.
Mungkin sebagian dari anda telah memiliki garis-garis besar dari rencana riset
yang telah disetujui fakultas atau pembimbing. Malahan mungkin sedang
menjalankan risetnya mondar-mandir dari lapangan ke fakultas dan konsultasi
atau pembimbingnya. Dan kini bisa saja anda telah menyelesaikan pekerjaan riset
tersebut. Tinggal lagi menyusun semua hasil pekerjaan itu menjadi skripsi atau
tesis yang nanti akan diajukan kepada fakultas untuk dipertahankan. Dalam
proses penyusunan ini, anda masih akan mondar-mandir untuk bertemu dengan
pembimbing, juga harus lebih sering berkonsultasi daripada periode-periode sebelumnya.
Ada saran yan baik untuk mempersiapkan
diri dalam menghadapi pembimbing. Pertama,
fakultas berangapan bahwasannya, anda dalam hal penyusunan skripsi atau
tesisnya belum mampu sepenuhnya untuk menyelesaikan pekerjaanya tanpa bantuan
atau pembimbing. Kedua, atas dasar
anggapan tersebut fakultas memberi tugas kepada seorang dosen atau lebih untuk
memberikan bantuan atau bimbingan itu. Ketiga,
bantuan atau bimbingan dimaksudkan antara lain untuk meningkatkan mutu karyanya
sesuai dengan standar yang dituntut. Keempat,
sebagai akibatnya tidak mustahil seorang pembimbing akan kelihatan sangat
kritis terhadap rencana-rencana yang diajukan olenya dan meminta waktu yang
lebih banyak untuk membaca dan berdiskusi.
Dalam menghadapi kemungkinan semacam itu
perlu disarankan agar anda pertama-tama memahami bahwa semuanya itu adalah
salah satu proses pendidikan dan perkembangan untuk ada sendiri.
Kritikan-kritikan dan petunjuk-petunjuk dari pembimbing hendaknya diterima
sebagai dorongan untuk mencapai suatu tingkat perkembangan yang lebih sempurna.
Lebih dari itu harus menunjukan bahwa ia menyambut dengan tulis dan ikhlas
semua kritik dan petunjuk itu dengan jalan segera, tanpa tertunda-tunda,
menyelesaikan apa yang disarankan dan ditunjukan. Apabila mahasiswa telah
mempersiapkan diri menghadapi dan ke arah itu, pastilah ia dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi atau tesisnya jauh lebih cepat dan lebih baik.
1.3. FORMAT
PENULISAN ILMIAH
Format penulisan ilmiah yang dapat
diterima dan dipakai secara umum sangat diperlukan adalah dalam rangka
mempublikasikan hasil-hasil riset agar bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan perbaikan kehidupan umat manusia.
Agar terjadi
komunikasi yang efektif-efisien diperlukan suatu tata-tulis ilmiah yang dapat
dipahami dan disambut baik oleh berbagi pihak. Salah satu dari teknik
komunikasi semacam itu adalah Laporan
hasil Penelitian, yang dituliskan menurut aturan-aturan.
Hasil riset, baik untuk keperluan
penyusunan paper, skripsi atau tesis, maupun untuk disertai akan diajukan
kepada suatu panitia atau dewan yang akan menilai hasil karya tersebut.
Biasanya panitia atau dewan ini menuntut agar penyajian hasil penelitian atau
riset ditulis menurut tata cara formal. Maka, apabila penulisan hasil penelitian
telah memenuhi tata cara yang dimaksud, hal itu akan meniadakan salah satu
kesulitan yang mungkin dihadapi oleh penulisnya, dan akan menggampangkan
panitia atau dewan dalam memberikan penilaian kepada karya-karya yang
dilaporkan. Oleh sebab itu, ketika anda sudah mengajukan proposal, maka jurusan
anda akan memberikan seorang atau dua orang dosen
pembimbing tempat anda berkonsultasi.
Apabila suatu tulisan ilmiah hendak
dipublikasikan, penulisannya yang telah menurut tata tulis ilmiah akan melancarkan
penerbitnnya. Dapat dipahami jika da naskah hasil riset dikembalikan oleh suatu
penerbitannya. Dapat dipahami jika ada naskah hasil riset dikembalikan oleh
suatu penerbit disebabkan oleh karena tidak adanya suatu sistem penulisan yang
dipakai dalam manuskrip tersebut.
Dalam hal ini, suatu kebetulan bahwa kami
adalah juga Dosen dan Kepala Editor di suatu penerbitan atas karya-karya ilmiah
dari perguruan tinggi se-indonesia. Persoalan mendasar bagi kami adalah banyak
tulisan ilmiah yang sebenarnya sangat bagus, tetapi tidak memperhatikan kaidah
dengan baik. Artinya belum layak terbit
dan kedua layak jual kepada publik.
1.4.
KESULITAN UMUM DALAM MENULIS SKRIPSI
Banyak mahasiswa tingkat akhir yang
mengalami kesulitan bagaimana harus menulis tulisan ilmiahnya dalam bentuk
skripsi atau tesis. Kesulitan yang sering dihadapinya di antaranya:
- Menemukan dan merumuskan masalah
- Mencari judul yang efektif
- Sistematika Proposal
- Sistematika Skripsi/Tesis
- Kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan,
- Kesulitan metode penelitian dan analisis
- Kesulitan menuangkan ide ke dalam bahasa ilmiah
- Kesulitan dengan standar tata tulis ilmiah,
- Atau takut menemui dosen pembimbing.
- Dana dan waktu yang terbatas, dll.
Kesulitan-kesulitan tersebut pada
akhirnya dapat menyebabkan stress, rendah diri, frustasi, kehilangan motivasi,
menunda penyusunan skripsi dan bahkan ada yang memutuskan untuk tidak
menyelesaikan skripsi atau tesisnya. Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi
mahasiswa yang bersangkutan mengingat bahwa skripsi atau tesis merupakan tahap
yang paling menentukan dalam mencapai gelar akademik. Selain itu, usaha dan
kerja keras yang telah dilakukan bertahun-tahun sebelumnya menjadi sia-sia jika
mahasiswa gagal menyelesaikan skripsi atau tesis.
Pada umumnya lembaga-lembaga
perguruan tinggi, lembaga-lembaga riset dan pernerbit-penerbit tulisan ilmiah,
telah menetapkan pedoman-pedoman mangenai penulisan tulisan ilmiah yan mereka
harap dapat diikuti dengan seksama oleh semuah pihak yang bekerja dalam dan untuk
lembaga-lembaga itu. Sebaliknya pedoman-pedoman itu dapat diikuti dengan tertip
untuk menghindari kesulitan-kesulitan karena suatu karya ditolak atau minta
diperbaiki semata-mata tidak mengikuti pedoman-pedoma itu.
1.5.
CONTOH KARYA ILMIAH
PROSES PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA[1]
Pengantar
Ibaratnya sistem komputer, kurikulum adalah “sistem
operasi” (operating system) dari suatu sistem pendidikan. Sebagaimana
suatu sistem komputer yang bekerja di atas “platform” (landasan kerja)
sistem operasi-nya, maka suatu sistem pendidikan bekerja berdasarkan kurikulum
yang ditetapkan untuknya. Kurikulum adalah perangkat-lunak (software)
utama bekerjanya sistem pendidikan, sebagaimana sistem operasi bekerja untuk
komputer. Sebagaimana sistem operasi komputer yang senantiasa diubah-ubah dan
di-revisi setiap saat, demikian juga kurikulum suatu sistem pendidikan,
senantiasa di-utak-atik dan di-revisi. Kebanyakan para pelaku sistem pendidikan
menginginkan kurikulum yang bertahan tetap tidak berubah selama sedikitnya 5
(lima) tahun, tapi sering sekali terjadi, begitu kurikulum itu ditulis dan
dibukukan, kemudian diperbanyak dan di-distribusi-kan, saat itu pula diperlukan
revisi dan perbaikan. Seperti hal-nya sistem operasi komputer yang sering
di-revisi, maka kurikulum pun perlu diberi nama seperti sistem operasi
komputer, misalnya dengan menggunakan tahun disusunnya: “Kurikulum 1995 revisi
1997”, atau “Kurikulum 2000 Release 2.1/2003”, dan seterusnya.
Kurikulum sistem pendidikan teknik umumnya disusun dengan
orientasi kerja, khususnya kerja di industri, baik industri jasa mau pun
manufaktur. Sebagaimana diketahui, dunia kerja berubah-ubah dengan cepatnya,
apalagi pada era global yang cenderung untuk menganut sistem perdagangan bebas.
Harapannya, alumni suatu sistem pendidikan tinggi teknik akan mampu bekerja di
mana pun di muka bumi ini tanpa kendala kompetensi, bersaing secara bebas
dengan rekan-rekannya alumni dari sistem pendidikan sejenis. Pada saat ini,
misalnya, ada alumni Jurusan Teknik Elektro UNHAS yang bekerja di Amerika
Serikat, Negeri Belanda, Australia, Jerman, Jepang, dan masih banyak negara
lain lagi. Di sisi lain, tidak lama lagi, tentu di Makassar sendiri, alumni
kita harus bersaing ketat dengan ex-patriat, tenaga kerja asing dari
sistem pendidikan sejenis yang melamar untuk bekerja di sini.
Dalam dunia yang berubah serba-cepat ini, kurikulum
pendidikan tinggi pun diharapkan dapat secara fleksible berubah mengikuti
perkembangan dan perubahan, di sisi lain juga diharapkan dapat di-operasi-kan
dengan cepat menghasilkan lulusan yang kompeten pada masanya di dunia
kerja.
Sasaran Perilaku
Dasar utama penyusunan kurikulum adalah sasaran perilaku
(behavioral obejective) yang dituju, di samping berbagai standar yang
sudah berlaku umum. Misalnya, kurikulum Program Studi Teknik Elektro di mana
pun di dunia pasti meliputi matakuliah-matakuliah Fisika, Matematika, Kalkulus,
Rangkaian Listrik, Teori Medan, Pengukuran Listrik, Ilmu Bahan, Rangkaian
Logika, dan matakuliah-matakuliah dasar untuk mempelajari sistem tenaga
listrik, sistem telekomunikasi, sistem elektronika, sistem kendali dan sistem
komputer. Materi yang diberikan pun sudah standar kedalamannya, bahkan
buku-buku ajar (textbook) yang digunakan umumnya sama saja. Sasaran
perilaku digunakan sebagai acuan untuk menambahkan kepada yang sudah menjadi
standar umum tadi.
Sasaran perilaku adalah jawaban atas pertanyaan: seperti
apa alumni yang akan dihasilkan dari sistem pendidikan ini? Jawaban atas
pertanyaan ini bisa bersifat umum, seperti misalnya[2]:
|
|
Bagaimana
pun bentuk sasaran perilaku, apakah bersifat umum atau pun bersifat sangat
spesifik, yang penting pokok-pokok sasaran perilaku itu dapat di-ejawantah-kan
dan di-realisasikan dalam proses belajar-mengajar di Program Studi. Harus
diingat bahwa kurikulum yang bagaimana pun baiknya di atas kertas, hanya
merupakan sebagian kecil dari faktor-faktor yang menentukan kualitas
lulusan. Sebagian besar faktor yang menentukan kualitas lulusan adalah proses
belajar-mengajar atau proses pembelajaran. Tapi, walau pun pengaruh-nya
kecil, kurikulum harus ada dan harus disusun dengan sebaik-baiknya. Pengaruh
kurikulum terhadap kualitas lulusan serupa dengan pengaruh angka “1” pada angka
“1.000.000”, jika boleh diibaratkan demikian.
Seyogyanya
sasaran perilaku ditetapkan dari yang bersifat umum sampai yang bersifat
spesifik, misalnya:
|
Berdasarkan
penjabaran dari sasaran-sasaran perilaku inilah kemudian disusun semacam
“kerangka dasar” kurikulum atau sering disebut “pohon” kurikulum, yang
diharapkan kelak akan menghasilkan “buah” (=alumni) yang diinginkan spesifikasi
kompetensi-nya. Setiap matakuliah – atau proses pembelajaran lainnya - yang
dicantumkan dalam kurikulum mestinya jelas muara-nya nanti akan menghasilkan
“buah” seperti apa.
Proses Pendidikan Teknik
Pendidikan Teknik sering dibedakan dari pendidikan
lainnya karena menghasilkan lulusan yang mampu “menyelesaikan masalah” (to
solve problems) sebagai tuntutan profesionalnya:
A typical response of engineers, for example, is to
announce that they are merely problem solvers. ”Tell us the problem”, they
demand. “We will find a solution. That’s our job.”[4]
Seorang lulusan pendidikan ilmu sosial, misalnya,
dianggap sudah memenuhi tuntutan profesional-nya jika mampu menjadi pengamat
jeli dari masalah-masalah sosial, tanpa ada kewajiban menyelesaikan
masalah-masalah itu. Bahkan seorang dokter sudah dianggap menyelesaikan
kewajiban profesional-nya terlepas apakah pasiennya itu sembuh, tetap sakit
atau bahkan meninggal dunia. Seorang teknisi tidak akan pernah dibayar kalau
tidak menyelesaikan suatu pekerjaan teknis sampai tuntas. Oleh karena itu,
suatu sistem pendidikan teknik seyogyanya dapat membekali lulusannya dengan
kemampuan untuk mem-formulasi-kan masalah sampai menghasilkan suatu solusi.
Susunan kurikulum di suatu sistem pendidikan teknik dengan sendirinya sebaiknya
me-representasikan proses penyelesaian masalah sebagaimana terlihat pada Gambar
1 berikut ini.
Dari Gambar 1 dapat dengan jelas bagaimana “siklus” dari
masalah ke solusi, kemudian menimbulkan masalah baru, yang merupakan
pencerminan dari “kesehari-harian” aktivitas dunia keteknikan (engineering,
“rekayasa”, “enjiniring”). Proses menghasilkan solusi dari masalah dimulai
dengan perumusan masalah itu sendiri, yang dsebut pemodelan. Orang
bijak mengatakan bahwa ketika suatu masalah berhasil dirumuskan, maka sebagian
solusi sebenarnya sudah ada di tangan, karena proses selanjutnya umumnya sudah
di-baku-kan selama ratusan tahun oleh para engineers dari sejak jaman
dahulu kala. Bersamaan dengan pemodelan, perumusan masalah juga dapat ditunjang
dengan simulasi, yang dapat diartikan sebagai membuat “tiruan
fungsional” dari masalah yang ditangani. Proses baku berikutnya adalah proses desain
(perancangan) dan analisis. Umumnya kedua proses inilah yang dipelajari
di kelas dan di laboratorium dalam program pendidikan teknik, dituliskan dalam
berbagai bahan ajar, buku ajar, journal-journal ilmiah, di-seminar-kan dalam
berbagai simposium dan konferensi, serta dilaporkan dalam berbagai laporan
hasil penelitian dan kajian akademik. Dengan memanfaatkan kedua proses baku
ini, akan dihasilkan pra-solusi, yang disebut sebagai “prototype”.
Prototype adalah solusi sementara yang dihasilkan dari berbagai pertimbangan
teknis hasil analisis dan desain. Faktor-faktor non-teknis (umumnya faktor
ekonomis dan estetika, tapi bisa juga faktor-faktor lain) dipertimbangkan dalam
proses optimisasi, sehingga dihasilkan solusi yang diinginkan. Dari sini
baru persoalan berputar ke siklus berikutnya, karena umumnya suatu solusi pasti
menimbulkan masalah baru.
Satu-satunya matakuliah dalam kurikulum pendidikan teknik
yang lengkap meliputi semua proses dari perumusan masalah, pemodelan, simulasi,
desain, analisis, protyping dan optimisasi adalah Skripsi (Tugas
Akhir), atau setidak-tidaknya idealnya diharapkan seperti itu, walau pun
dalam prakteknya tentu tidak selalu harus demikian. Matakuliah lain hanya
menekankan satu atau beberapa aspek saja dari semua proses itu, misalnya ada
matakuliah yang menekankan pada pemodelan dan simulasi saja, atau analisis
dengan sedikit desain, atau sepenuhnya merupakan matakuliah perancangan
(desain) saja, dan seterusnya.
Proses Pembelajaran
Selain masalah sasaran perilaku dan alur-pikir yang
mendasari proses aktivitas keteknikan maka aspek proses pembelajaran merupakan
suatu hal penting yang patut diperhatikan dalam penyusunan kurikulum, sebab
dalam proses pembelajaran-lah suatu kurikulum yang sudah disusun di atas kertas
pada akhirnya akan di-operasional-kan. Bisa saja kurikulum yang sudah tersusun
dengan sangat baik, lantas pada prakteknya tidak jalan karena tidak didukung
oleh proses pembelajaran yang baik.
Pada dasarnya hanya ada 2 (dua) kategori proses
pembelajaran, yaitu proses pembelajaran di kelas (classroom courses)
melalui tatap-muka yang dijadwalkan secara reguler dalam semester-semester, dan
proses pembelajaran non-kelas (non-classroom courses), yang tidak
terjadwal secara reguler, misalnya matakuliah Seminar, Kerja Praktek,
Praktikum, Skripsi, Praktek Lapang, Kuliah Kerja Nyata, dan lain-lain.
Proses pembelajaran di kelas melalui kegiatan tatap-muka
mau pun proses pembelajaran non-kelas dapat di-format dalam berbagai macam bentuknya,
misalnya saja untuk menyebut beberapa contoh:
|
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa mengajar
itu merupakan “ketrampilan” yang dimiliki oleh para pengajar karena
ditunjang oleh berbagai hal yang ada padanya, seperti misalnya:
|
Jika penunjang ketrampilan mengajar itu masih
juga dirasa ada yang kurang, maka bisa dimanfaatkan pula tersedianya berbagai
produk teknologi pengajaran (instructional technology) sebagai alat
bantu pengajaran (teaching aid).
Proses pembelajaran sangat bergantung pada
ketersediaan sumber-daya, baik sumber daya manusia (dosen, asisten, staf
administrasi, pengelola) mau pun sumber-daya sarana prasarana (laboratorium,
alat bantu pengajaran, kelas, perpustakaan, dan lain-lain). Oleh karena itu,
kurikulum juga sepatutnya disusun dengan memperhatikan ketersediaan sumber-daya
ini. Memang mudah mencantumkan suatu matakuliah dalam kurikulum, tapi tidak
akan semudah itu mencari tenaga pengajar-nya yang benar-benar kompeten. Demikian juga halnya dengan materi praktikum,
mengadakan peralatan laboratorium tidaklah semudah mencantumkan judul percobaan
dalam daftar materi praktikum, lebih-lebih lagi mencari asisten yang akan
menjalankan materi praktikum tersebut.
Multimedia sebagai Alat Bantu Proses Pembelajaran
Dari
komputer generasi pertama (ENIAC) yang dicoba di kota Philadelphia sekitar
pertengahan abad yang lalu sampai entah sekarang sudah sampai ke generasi
keberapa, perangkat ini selalu dekat dengan masalah-masalah engineering.
Pada awalnya komputer dirancang sebagai mesin pengolah data (data-processing)
yang kemudian ternyata dapat pula dimanfaatkan sebagai alat bantu pemodelan,
simulasi, analisis dan desain di dunia teknik, bahkan dapat pula dimanfaatkan
secara on-line sebagai bagian dari sistem kendali dan sistem antar-muka
(interface) mesin-mesin dalam aplikasi di industri. Di dunia pendidikan
teknik, komputer umumnya dimanfaatkan dalam berbagai matakuliah praktikum di
laboratorium, serta menjadi alat bantu utama dalam berbagai kegiatan riset dan
pengembangan. Computer Aided Engineering (Ilmu Rekayasa dengan Bantuan
Komputer) menjadi kebutuhan dasar dalam dunia pendidikan teknik. Komputer
menjadi alternatif yang lebih ekonomis dari berbagai peralatan laboratorium
yang terlalu mahal untuk dimanfaatkan dalam penyelenggaraan praktikum.
Untuk
penyelenggaraan perkuliahan di kelas, terutama ketika sumber daya dosen masih
sangat kekurangan, baik dari segi kuantitas mau pun kualitas-nya, maka
pemanfaatan komputer dengan fitur multimedia-nya menjadi sangat membantu. Dosen
dapat menyusun materi kuliahnya dalam bentuk presentasi (dari yang sederhana
menggunakan paket program Power Point dari MS-Office, sampai ke
yang lebih canggih seperti program Macromedia) sehingga bisa lebih
menarik dan tidak membosankan. Presentasi ini juga dapat dibuat interaktif
sehingga dapat digunakan untuk belajar mandiri bagi mahasiswa ketika dosennya
tidak hadir. Interaktivitas dengan mahasiswa juga dpat dimanfaatkan untuk
administrasi perkuliahan, termasuk pengolahan nilai-nilai yang menggambarkan
kemajuan studi mahasiswa sehari-hari sampai ke penyelenggaraan quiz-quiz
dan ujian-ujian. Tapi bukan berarti bahwa pemanfaatan multimedia ini bertujuan
untuk mengganti fungsi dosen dalam mengajar, justru sebaliknya, dengan
memanfaatkan multimedia maka dosen akan berfungsi jauh lebih baik dan lebih
efektif dalam mengajar. Yang sudah pasti, kesempatan belajar bagi mahasiswa
akan menjadi lebih luas, karena waktu dan energi yang biasanya digunakan untuk
sekedar menyalin catatan dalam proses pembelajaran konvensional, misalnya, bisa
dicurahkan untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Tapi, tentu saja, terutama
jika tidak tepat dalam meng-implementasi-kannya, penggunaan multimedia dapat
menyebabkan mahasiswa cenderung “pasif”, melaksanakan proses pembelajaran
seperti menonton sinetron di televisi.
Penutup
Secara ringkas dapatlah disimpulkan bahwa
penyusunan kurikulum hendaknya memperhatikan berbagai hal, antara lain misalnya
sasaran perilaku yang berorientasi pasar, proses pendidikan teknik
yang menekankan kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) dan
ketersediaan sumber-daya yang menunjang proses pembelajaran. Komputer
adalah salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu yang
sangat penting dalam proses pembelajaran. Salah satu kemampuan komputer yang
bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu pengajaran adalah kemampuan multimedia-nya.
Materi perkuliahan dapat disusun dengan memanfaatkan multimedia sehingga dapat
dipresentasikan dengan lebih menarik, lebih effisien dari segi waktu, dan dapat
digunakan untuk belajar mandiri bagi mahasiswa. Pemanfaatan multimedia dalam
proses pembelajaran akan memberikan banyak keuntungan dan dampak-dampak yang
positif bagi proses pembelajaran itu sendiri, walau pun tetap ada pula
kekurangannya, terutama jika tidak tepat cara implementasinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous, [2002], “Kurikulum 2000
Program S-1 Teknik Elektro”, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin Makassar
Hsu, Jeffrey and Joseph Kusnan, [1989], “The Fifth Generation:
The Future of Computer Technology”, Wincrest Books, TAB, Blue Ridge Summit,
PA, USA
Jones, Malcolm J., ed..[2000], “CURRICULUM DEVELOPMENT, S1
Engineering Programs in Indonesia”, EEDP, Directorate General of Higher
Education, Jakarta.
Winner,
Langdon, [1977], “Autonomous Technology”, The MIT Press, Cambridge, MA,
USA
Sumber :
Hariwijaya dan Triton P.B. 2007. Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis.
Oryza. Yogyakarta.
Rhiza S. Sadjad. 2004.
Proses Pembelajaran Menggunakan Multimedia
[1] Makalah untuk
disampaikan pada “Workshop on the Improvement of Teaching Methods”,
TPSDP Batch III, 16-17 Desember 2004, Program Studi Teknik Elektro, Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar
[2]
dikutip dari “tujuan penyelenggaraan program pendidikan Sarjana Teknik” dalam
buku “Kurikulum 2000 Program S-1 Teknik Elektro”, Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar, 2002, hal 7 .
0 comments:
Post a Comment